Label: Artikel
Label: Kepemimpinan
Dunia sekarang ini semakin banyak orang munafik. Orang yang mampu berpura-pura di depan orang lain. Sebagai orang Kristen kita tahu bahwa Tuhan tidak suka dengan kemunafikkan. Dan itu berarti kita tidak boleh hidup dalam kemunafikkan. Tapi dalam kenyataan kita melihat bahwa ada orang-orang Kristen yang hidup munafik, bahkan berani dan bangga menceritakan kemunafikkan mereka. Kemunafikkan umumnya disebabkan oleh ketidakpastian. Oleh karena itu satu-satunya cara supaya Anda tidak hidup dalam kemunafikkan Anda harus punya kepastian. Terutama kepastian akan keyakinan Anda kepada Tuhan. Ada 4 hal mengenai kemunafikkan: 1. Orang munafik itu pengecut. Ini biasanya diakibatkan oleh rasa takut atau segan terhadap orang lain. 2. Orang munafik itu penipu. Ini biasanya orang yang mencari untung atau kita kenal sebagai penjilat. | 3. Orang munafik itu tidak beriman. Ini dikarenakan tidak tahu Firman Tuhan dan atau juga tahu Firman Tuhan tapi tidak bertobat. 4. Orang munafik itu tidak mengenal Yesus secara pribadi. Ini model orang Kristen yang tidak taat dan setia serta hidupnya selalu kompromi dengan dosa. Kitab Suci berkata bahwa kita harus waspada terhadap kemunafikkan. “Sementara itu beribu-ribu orang banyak telah berkerumun, sehingga mereka berdesak-desakan. Lalu Yesus mulai mengajar, pertama-tama kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: "Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi” (Lukas 12:1) So..waspadalah…! Hiduplah dalam kasih yang tulus. Belajarlah langsung dari Yesus. Tuhan memberkati. ©SE |
Label: Kumpulan Renungan
Saudaraku, apakah Anda tahu apa yang sesungguhnya dimaksudkan oleh ayat-ayat ini? Saya pernah mendengarkan satu pernyataan yang merupakan hasil survei bahwa, “orang yang malas bahkan tidak mau repot-repot memasak daging-dagingnya; ia memakannya mentah-mentah!” Menjijikkan bukan? Banyak orang yang menganggap kemalasan itu sebagai sesuatu yang biasa saja, lumrah dan bukanlah dosa. Namun menurut Alkitab, kemalasan itu tidak kurang dari dosa. Ada hal-hal dalam hidup ini yang hanya bisa kita dapatkan atau kita capai lewat kerja keras. Tahukah Anda bahwa ada begitu banyak yang ingin dilakukan Allah dalam hidup Anda dan lewat hidup Anda. Allah tidak ingin Anda melewatkan satupun. Ada kesempatan-kesempatan yang hanya datang sekali dan tidak akan pernah terulang lagi, namun jika Anda terlalu lamban untuk menanggapinya atau terlalu ceroboh dengan tingkah laku hidup Anda, Anda akan melewatkannya dan pasti tidak akan mendapatkannya. | Saudaraku, Allah telah menempatkan orang-orang di sekeliling Anda yang menginginkan Anda menjalani hidup yang benar, tapi Anda tidak menyadarinya. Ada orang-orang yang lebih muda dari pada Anda yang tidak tahu bagaimana cara hidup Kristiani yang baik. Anda dapat menjadi teladan mereka. Ada orang-orang sebaya Anda yang sangat membutuhkan dorongan. Anda dapat menjadi teman mereka. Ada orang-orang dari berbagai usia yang perlu mengalami kasih Kristus. Anda dapat memberikannya kepada mereka. Anda tidak dapat membiarkan Allah menggunakan hidup Anda secara maksimal sekaligus malas-malasan. Itu tidak mungkin. Yesus mengatakan bahwa Ia datang untum memberi Anda kehidupan yang berlimpah. Kemalasan adalah perangkap yang akan merampas segala yang baik dalam kehidupan ini. Kejarlah kebenaran dengan rajin, maka Anda akan alami kehidupan seperti yang dikehendaki Allah |
Label: Kumpulan Renungan
Ketika John menjadi salesman pada sebuah perusahaan asuransi terkenal beberapa tahun yang lalu, keinginannya adalah bekerja dengan efektif dalam perusahaan itu tanpa mengkompromikan nilai-nilai kekristenannya. Namun ada orang yang menyatakan bahwa ia naif. Dalam pandangan mereka, seseorang harus memilih antara memiliki jaminan atas pekerjaannya atau integritas kekristenannya — tidak keduanya. Namun John tidak ragu-ragu dengan komitmennya untuk menjadi saksi Tuhan dalam dunia bisnis. Meskipun ia berkecimpung dalam pekerjaan yang membutuhkan perhitungan yang akurat, ia memiliki kelemahan dalam perhitungan aritmetika yang sederhana. Hal ini mendorongnya untuk lebih bergantung pada Kristus dalam segala hal, sehingga memperkaya kesaksiannya. | Pada akhirnya John menjadi seorang salesman terbesar dari perusahaannya, dan Allah memakainya untuk memenangkan banyak rekan sekerjanya kepada Kristus. Kemudian, sebagai seorang pemimpin cabang, John dan timnya menjadi cabang perusahaan terbesar di dunia — semuanya tanpa mengkompromikan nilai-nilai kekristenan. Apakah Anda sedang berjuang untuk hidup dan bekerja tanpa kompromi di tempat yang berat? Apakah Anda sedang mengerjakan yang terbaik namun hal itu belum cukup? #/TB Kolose 1:29* mengingatkan kita bahwa ketergantungan pada kuasa Allah yang besar itulah yang akan membuat kita berhasil. John, pengusaha itu, merangkumkan semuanya seperti ini: "Allah menolong saya melakukan lebih baik daripada yang saya sanggup." Dia akan melakukan hal yang sama bagi kita — JEY |
Label: Sabda
Umur panjang adalah hal yang mudah dicapai, setidaknya di Amerika. Lihatlah data statistik ini: Dari antara 100.000 orang, ada 88.361 yang mencapai usia 50 tahun, lebih dari 70.000 mencapai usia 70 tahun, dan hampir 17.000 mencapai usia 85 tahun atau lebih. Akan tetapi, hidup dengan usia yang panjang bukanlah tujuan utama kita. Agaknya, kita harus lebih memberi perhatian pada masalah memberi arti dan nilai pada tahun-tahun yang kita jalani dan tidak membiarkannya berlalu dalam rasa malu dan aib. Bagaimana kita menyelesaikan perlombaan tergantung pada langkah-langkah panjang yang kita tempuh selama hidup. Joseph Wittig mencatat bahwa tatkala kita menulis biografi seseorang, seharusnya kita memulainya dengan kematian mereka, bukan pada saat mereka lahir. | Pada akhirnya, kita tidak memiliki kepentingan dengan cara kita lahir, tetapi kita memiliki banyak hal yang harus dilakukan dalam persoalan bagaimana cara kita mengakhirinya. Ketika Paulus menulis surat II Timotius, ia sedang berada di penjara Roma menunggu hukuman. Ia berkata, "Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat" (#/TB 2Timotius 4:6*). Pada saat itu ia dapat memberi kesaksian, "Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman" (#/TB 2Timotius 4:7*). Kita juga dapat mencapai garis akhir dalam kehidupan kekristenan dengan baik, bahkan sekalipun kita memulainya dengan terlambat, berjalan perlahan, atau tertinggal jauh di belakang. Rahasianya adalah tetap tinggal di dalam Kristus sampai pada akhirnya — HWR |
Label: Sabda
Ketika mengunjungi teman-teman saya, yakni para kolektor batu karang, saya bertanya, "Apakah Anda percaya bahwa susunan batu-batuan menyatakan usia bumi yang sangat tua?" Pertama-tama sang istri menjawab, menyatakan pemikirannya bahwa bumi ini relatif masih muda. Sang suami sebaliknya berkata bahwa ia percaya adanya bukti yang menyatakan bahwa bumi ini jauh lebih tua dari yang dinyatakan oleh banyak orang. Sebelum pulang, saya berkata, "Kalian telah mengajarkan saya sesuatu tentang bagaimana sikap orang Kristen yang seharusnya bila menghadapi perselisihan pendapat. Kalian telah menikah selama 30 tahun. Kalian tetap saling mencintai, dan lebih dari segalanya, kalian berdua mengasihi Tuhan. Meskipun kalian berbeda pandangan dalam hal waktu penciptaan dunia ini, perbedaan tersebut tidak menghancurkan hubungan kalian dengan Kristus dan cinta kalian satu sama lain. | Itulah yang seharusnya terjadi pada orang-orang Kristen dalam menghadapi berbagai persoalan yang menjadi perdebatan." Permintaan Paulus untuk berjalan dalam kesatuan tidak menjadikan orang-orang percaya harus sependapat dalam setiap persoalan. Akan tetapi, hal yang dimintanya adalah usaha yang tulus untuk "memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera." Orang-orang Kristen mengambil bagian dalam satu tubuh, satu Roh, satu pengharapan, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, dan satu Allah dan Bapa (#/TB Efesus 4:4-6*). Dan tatkala kesatuan ini dipadukan dengan kerendahan hati, kelemahlembutan, kesabaran, dan kasih yang saling membantu (#/TB Efesus 4:2*), persoalan-persoalan yang menjadi perdebatan tidak akan mengakibatkan perpecahan — DJD |
Label: Sabda
Pada tahun 1800-an, seorang Perancis yang bernama Alexis de Tocqueville mengelilingi Amerika, dengan tujuan untuk menyelidiki tentang hal-hal apa yang membuat negara baru ini berhasil. Salah satu hasil pengamatannya adalah bahwa hampir di setiap rumah yang ia kunjungi, ia menemukan cetakan bersampul bagus dari dua buku: Alkitab dan satu jilid buku karangan Shakespeare. Mengomentari tentang perubahan-perubahan yang telah terjadi, seorang kolumnis bernama Charles Reese menulis, "Seorang Perancis yang berkunjung (ke Amerika) sekarang akan menemukan televisi dan Nintendo." Jika hal itu benar-benar terjadi — bahwa layar televisi telah menggantikan firman Allah dan bacaan yang bermutu — maka kita perlu melakukan pemeriksaan kembali sumber-sumber informasi kita. | Beberapa saat selama pelayananNya, tatkala Yesus ditanyai, Dia menantang para pengritikNya dengan pertanyaan apakah mereka telah membaca kitab Perjanjian Lama. Sebagai contoh, ketika orang-orang Farisi menuduhNya telah melanggar hari Sabat, Yesus balik bertanya, "Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar(?)" (#/TB Matius 12:3*). Tuhan melakukan hal yang sama dalam #/TB Matius 19:4; 21:16; dan #/TB Matius 22:31*. Yesus menghendaki orang-orang untuk mengambil kesimpulan berdasarkan sumber kebenaran, yakni firman Allah. Pertanyaan yang harus kita jawab adalah sebagai berikut: Apakah kita telah menggunakan waktu kita selama ini dengan sumber yang benar? — JDB |
Label: Sabda
Hidup kita dalam Yesus Kristus seharusnya tampak melalui perbedaan dalam cara kita hidup — juga dalam cara kita mati. Allah menghendaki kita hidup dengan penuh semangat dan sukacita. Lebih jauh lagi, Yesus berkata bahwa Dia datang untuk menyediakan bagi kita hidup yang berkelimpahan (#/TB Yohanes 10:10*). Rasul Paulus juga menegaskan bahwa Allah "memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati" (#/TB 1Timotius 6:17*). Oleh karena itu, kita tidak dapat mengingkari fakta bahwa hari-hari kita di bumi ini dihitung. Sesuatu yang bijaksana untuk merenungkan perjanjian kita yang tak terelakkan dengan maut (#/TB Ibrani 9:27*) Apakah sikap kita saat kita meninggalkan dunia ini sama seperti sikap ilmuwan terkenal Marie Curie, yang bersama suaminya Pierre menemukan radium? | Pada saat suaminya meninggal karena suatu kecelakaan, ia meratap, "Ini adalah akhir dari segalanya, dari segalanya, dari segalanya!" Sikap kita seharusnya sangatlah berbeda. Oleh karena iman kita pada Sang Juruselamat yang telah menaklukkan maut, kita dapat berkata seperti perkataan seorang teolog muda Jerman pada malam sebelum Nazi menggantungnya pada tahun 1945, "Bagiku, ini adalah permulaan." Bagi orang percaya, kematian merupakan akhir dari segala kesakitan, kesepian dan penderitaan. Ini merupakan akhir dari segala sesuatu yang membuat hidup ini kurang berlimpah, dan permulaan dari berkat yang tidak terbayangkan (#/TB Wahyu 21:1-6*). Pengharapan ini memungkinkan kita untuk berseru, "Hai maut, di mana sengatmu?" (#/TB 1Korintus 15:55*) — VCG |
Label: Sabda
Dodi sedang asyik bermain kelereng dengan teman-temannya di halaman depan. Ketika mereka sedang asyik bermain, tiba-tiba awan gelap muncul, menutupi langit yang tadinya cerah. Tak lama kemudian gerimis mulai turun disertai angin yang sangat kencang sekali. Situasi ini membuat Dodi dan teman-temannya berhamburan dari halaman karena hujan mulai bertambah deras. Tiba-tiba Dodi teringat sesuatu; dan tanpa menghiraukan derasnya hujan, ia berlari menuju satu arah. Beberapa saat kemudian Dodi muncul basah kuyup sambil menggendong seekor anak domba. Di belakangnya mengikuti dua ekor domba dewasa. Dengan penuh kasih, Dodi mengeringkan bulu domba-domba itu dan menyalakan api lalu menghangatkan domba-domba itu supaya hangat. Cerita di atas ini tentang kasih sayang yang tulus, perhatian dan pemeliharaan yang baik dari seorang anak terhadap binatang peliharaannya. Sebenarnya ini menggambarkan tentang gembala sejati yang harus memberikan perhatian yang sungguh-sungguh kepada domba-dombanya. | Gembala yang baik adalah menjadikan prioritas utama dalam hidupnya untuk merawat domba-dombanya. Setiap hari mereka mencari rumput hijau buat makanan dombanya, membawanya ke air tenang, menjaganya setiap waktu dari incaran musuh yang mengancam. Mereka tidak akan pernah membiarkan domba-dombanya kekurangan dalam segala hal. Saudaraku, mungkin saat ini kita kecewa dengan keadaan kita dan sepertinya orang yang seharusnya memperhatikan kita tidak memperhatikan bahkan sama sekali tidak peduli. Tetapi ingatlah bahwa Tuhan Yesus adalah Gembala kita yang baik. Dia melebihi gembala manapun yang ada di dunia ini. Ia melihat dan memperhatikan penderitaan kita. Dia juga mengerti perasaan kita ketika kita sedang bersedih. Ia mencurahkan kasih sayang-Nya. Ia rindu memberi kelegaan kepada domba-domba-Nya |
Label: Kumpulan Renungan
Mereka keliru. Ketahuilah, Alkitab menyatakan kita bukan melawan darah dan daging. Dan karena manusia itu terdiri atas darah dan daging, maka mereka tidak pernah menjadi sumber dari masalah kita. Mungkin Anda berkata, "Tetapi kamu tidak tahu betapa buruknya perbuatan yang dilakukan si A kepada saya!" Itu tidak penting. Jika Anda membuang waktu menyerang si A, maka musuh sejati akan lolos tanpa hukuman. Siapakah musuh sejati? Baca: Efesus 6:12. Iblis dan roh jahat, merekalah musuh Anda yang abadi! Mereka ada di balik setiap hinaan pribadi yang Anda jumpai. Orang-orang yang menyakiti dan menganiaya Anda hanyalah merupakan alat dari Iblis. Bila Iblis ingin menjatuhkan Anda, dia memakai orang-orang di sekeliling Anda untuk menyelesaikan tugas itu. | Ingatlah ini: aniaya bukanlah perwujudan dari kebencian orang lain terhadap Anda, melainkan wujud dari ketakutan Iblis terhadap Anda. Bila Anda memegang firman dengan teguh dan mulai mengayunkannya ke sana ke mari, menggunakannya seperti pedang Roh, maka Iblis akan takut. Dia akan mencari seseorang yang dapat diutusnya untuk menghentikan Anda Selanjutnya, bila seseorang menyakiti Anda, jangan biarkan diri Anda dikuasai untuk membalas perbuatan orang itu. Ikatlah roh yang ada di belakang mereka. Lupakan pertempuran untuk melawan darah dan daging. Berperanglah dengan senjata-senjata dari Roh. Arahkan langsung bidikan Anda pada iblis dengan firman Tuhan dan penuh wibawa. Robohkanlah musuh sejati Anda itu! |
Label: Kumpulan Renungan
Ada sebuah cerita menarik tentang seorang anak kecil yang ditidurkan oleh ibunya dalam sebuah kamar yang gelap. Karena anak tersebut sangat ketakutan jika ditinggal sendirian, sang ibu memberinya sebuah boneka sebagai teman tidur. Namun hal ini tidak berhasil dan anak itu memohon agar ibunya mau menemaninya. Ibunya mengingatkan bahwa ia sudah memiliki boneka dan Allah, sehingga tidak perlu merasa takut lagi. Tak lama kemudian anak itu mulai menangis lagi. Anak itu masih terisak-isak tatkala ibunya kembali ke sisinya. "Bu, saya ingin ditemani seseorang yang dapat saya pegang!" Saya melihat banyak anak-anak Tuhan yang terkadang seperti anak kecil itu. Memang dalam kesendirian dan penderitaan, Tuhan Yesus tidak melarang kita untuk memiliki "seseorang yang dapat kita pegang" (teman, sahabat, saudara ataupun kakak rohani) untuk menemani dan memberi perhatian kepada kita. | Yang DIA inginkan supaya anak-anak-NYA tetap percaya dan mengandalkan-NYA. Walaupun kita tidak bisa memegang, dan tidak bisa melihat-NYA, tapi IA ada bersama-sama dengan kita. Walaupun kita dalam kesendirian, tetapi Allah memperhatikan dan menjaga kita. IA berjanji tidak akan pernah meninggalkan dan membiarkan kita. Walaupun ada saat-saat tertentu sepertinya Tuhan membiarkan kita ada dalam kesulitan tetapi percayalah, DIA tidak akan membiarkan kita berjalan atau bergumul seorang diri. Tuhan mengijinkan murid-murid-Nya masuk dalam badai, walaupun IA tahu bahwa mereka akan mengalami kesulitan. Saya percaya IA sedang menguji iman mereka. Tetapi IA tidak membiarkan mereka, ketika mereka mengalami kesulitan karena angin sakal, IA datang menolong mereka. Jangan takut, karena IA adalah Imanuel, yang akan selalu menyertai kita sampai kesudahannya. |
Label: Kumpulan Renungan
Abraham Lincoln pernah berkata, "Allah tentunya mengasihi orang-orang biasa karena Dia telah membuat mereka dalam jumlah yang besar." Saya ingin memodifikasi kalimatnya dengan perkataan, "Allah tentunya mengasihi orang-orang biasa karena Dia telah membuat jalan keselamatan dengan cukup sederhana untuk dimengerti oleh semua orang" — ya, termasuk saya. Seseorang tidak perlu memiliki tingkat intelegensi yang tinggi untuk dapat memenuhi kriteria sebagai orang yang berkenan kepada Allah. Memperoleh keselamatan juga tidak tergantung pada kemampuan seseorang untuk memahami penyajian filosofis yang rumit mengenai kebenaran rohani. Jika hal-hal itu memang diperlukan, maka hanya sedikit orang yang dapat diselamatkan! Menerima keselamatan adalah masalah iman. | Ini adalah persoalan mempercayai Allah dan menerima firmanNya tentang AnakNya Yesus Kristus, tentang penebusanNya bagi dosa-dosa kita melalui kematianNya di kayu salib dan tentang kebangkitanNya. Ini adalah masalah mempercayai Dia sepenuhnya untuk keselamatan kita. #/TB Yohanes 1:12* memberitahu kita, "Tetapi semua orang yang menerimaNya diberiNya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya." Alkitab berkata bahwa Injil "adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya" (#/TB Roma 1:16*). Entah berpendidikan atau tidak, berpengetahuan atau tidak, setiap orang dapat menjadi percaya. Tak seorang pun dapat berdiri di hadirat Allah dan berkata, "Saya tidak diselamatkan karena saya tidak memahami Injil." Jalannya telah dibentangkan — RWD |
Label: Sabda
Kemenangan dramatis yang dibuat oleh seorang pemain menyebabkan diadakannya perayaan yang meriah di kalangan para pemain dan penggemar klub olahraga tersebut. Hal itu kemudian mengantar mereka ke pertandingan final dunia tahun 1993. Tim yang menang itu sangat bersukacita. Pada saat menyaksikannya di televisi, saya terpengaruh dengan antusiasme yang terpancar dari pesta kemenangan tersebut, baik di lapangan maupun di dalam gedung. Saya berpikir, mengapa kita tidak pernah menyaksikan spontanitas seperti itu dalam penyembahan kita kepada Allah? Tuhan tentu bersukacita dengan umatNya ketika mereka merayakan Pesta Tabernakel. Ribuan orang Israel tertawa dan saling berbincang dalam perjalanan mereka menuju Yerusalem. | Mereka membuat pondok-pondok dari ranting-ranting pohon dan berkemah selama tujuh hari lamanya. Mereka memberikan persembahan dalam bait Allah sebagai pernyataan ucapan syukur, dan mereka melakukannya dengan sukacita serta diiringi nyanyian (#/TB Ulangan 16:13-15; Nehemia 8:17*). Orang-orang Kristen pada abad pertama membawa semangat ini ke dalam ibadah pada Hari Tuhan. Para pakar sejarah melaporkan bahwa pertemuan yang meriah tersebut memberi kepada para penganiaya alasan untuk menuduh orang-orang percaya itu dalam keadaan mabuk. Mereka begitu antusias karena segar dalam ingatan mereka tentang fakta bahwa setiap hari Minggu merupakan peringatan akan kebangkitan Kristus. Marilah kita membuat hari ini menjadi sebuah perayaan yang meriah! — HVL |
Label: Sabda
Tindakan gegabah! Berbahaya! Mungkin sangat bodoh! Kendati demikian, ketika Nyonya Sibert menjumpai sebuah tindakan kejahatan yang dilakukan di jalanan kota Detroit, ia marah dan melakukan suatu tindakan. Menurut berita suratkabar, Nyonya Sibert sedang mengemudikan mobil di jalanan kota Detroit tatkala ia memergoki dua orang perampok sedang beraksi di sebuah perhentian bis. Sekonyong-konyong ia membunyikan klakson mobilnya berulang-ulang. Seketika itu pula mobilnya diberondong peluru senapan kaliber 12. Tanpa rasa gentar sedikit pun, ia memacu mobilnya meluncur menyusuri jalanan yang gelap untuk mengejar mobil penjahat itu. Pengejaran berakhir ketika mobil penjahat itu menabrak kendaraan yang sedang diparkir dan perampok itu segera diamankan polisi. | Nyonya Sibert berkata kepada wartawan, "Saya katakan pada diri saya, bahwa saya tidak akan membiarkan mereka lari begitu saja! Seketika itu saya berpikir bagaimana perasaan korban tatkala menyadari dirinya dirampok, dan saya kira saat itu saya menjadi nekad!" Alkitab dengan tegas mengutuk amarah yang berdosa karena ini sangat merugikan. Namun di bawah kontrol Roh Kudus, amarah dapat timbul dan mengalahkan kejahatan. Anda tidak mungkin dapat menghentikan badai murka Allah pada zaman Perjanjian Lama maupun api kemarahan Yesus ketika Dia menjungkirbalikkan meja penukar uang di Bait Allah (#/TB Matius 21:12-13*). Jika kita ingin menjadi seperti Kristus, maka ada saat di mana amarah kita terhadap dosa sama seperti amarah Kristus! — DJD |
Label: Sabda
Crystal Guerrero baru berusia enam minggu ketika ia diculik dari sebuah klinik kesehatan di Chicago pada tanggal 16 Desember 1993. Kedua orang tuanya dirundung duka selama seminggu, tidak dapat makan dan tidur. Kemudian tersiar kabar tentang ditemukannya bayi di sebuah gereja. Bayi itu adalah Crystal! Ia tidak terluka dan keadaannya baik. Bayangkan, betapa gembiranya keluarganya. Kegembiraan ini juga merembet ke seluruh kota tatkala media massa menyiarkan berita hangat ini. Sang bayi yang mungil ini telah kembali ke pangkuan ibunya tepat pada saat orang-orang menikmati suasana kegembiraan Natal. Bagaimana perasaan Allah terhadap orang-orang yang terhilang? Dalam #/TB Lukas 15:1-32* Yesus memberikan perumpamaan seorang gembala yang meninggalkan kawanan dombanya yang berjumlah 99 ekor dan pergi ke padang untuk mencari seekor dombanya yang hilang. | Dia juga memberi perumpamaan tentang seorang ayah yang menanti dan berharap dalam doa bagi kembalinya anaknya yang telah memboroskan hartanya. Perumpamaan-perumpamaan itu dengan jelas menyatakan sikap hati Bapa sorgawi kita. Allah sangat merindukan bagi kembalinya umatNya yang terhilang. Dia telah memberi pengurbanan yang sangat mahal dengan mengirimkan AnakNya ke dalam dunia untuk mati di kayu salib agar Dia dapat menyelamatkan manusia berdosa yang terhilang. Dan Yesus mengatakan bahwa bila satu jiwa ditemukan dan kembali kepada Allah, "Ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat" (#/TB Lukas 15:10*). Sudahkan Anda membuat para malaikat bersukacita? — VCG |
Label: Sabda
Beberapa tahun yang lalu, saya diminta berbicara tentang masalah pembimbingan. Ketika melakukan persiapan, saya mencoba berpikir dan menghayati perbedaan arti dari membimbing dan memberi bimbingan. Sepintas lalu keduanya terlihat memiliki arti yang sama — membimbing berarti memberi bimbingan. Namun setelah saya renungkan lebih dalam, saya menemukan perbedaan yang sangat besar. Membimbing berarti Allah turut campur tangan dalam perjalanan kehidupan kita, sedangkan memberi bimbingan berarti Allah hanya memberi petunjuk, semacam buku pedoman, sementara Dia berada jauh di surga, tidak terlibat langsung dalam kehidupan kita di dunia ini. Kejadian ini membuat kehidupan rohani saya kembali disegarkan.Saya diingatkan bahwa orang buta membutuhkan anjing yang dapat membimbing, bukan anjing yang memberi bimbingan! | Seandainya anjing dapat berbicara, tentu akan menggelikan bila anjing hanya berdiri sambil memberi aba-aba kepada orang buta, "Awas! Anda mendekati lubang. Berhati-hatilah di pinggir jalan!" Tidak, anjing tetap membisu, tetapi dengan setia mengawal tuannya yang buta dan menuntunnya dengan selamat sepanjang jalan yang penuh rintangan. Banyak orang menginginkan Allah menjadi seperti biro konseling. Namun, tatkala penglihatan kita mulai suram dan jalan kita menjadi gelap, seringkali kita membutuhkan lebih dari sekadar nasihat — kita membutuhkan Gembala yang baik untuk menuntun kita (#/TB Yohanes 10:3,11*). Jika kita mengikut Kristus setiap hari, kita akan menikmati bimbingan yang kita butuhkan — JEY |
Label: Sabda
Seorang ibu membawa anaknya kepada Mahatma Gandhi untuk dinasehati agar menghentikan kebiasaan buruknya makan permen. Setelah bertemu dengan anak tersebut Mahatma Gandhi mengatakan, "Tunggulah dua minggu lagi. Datanglah ke sini lagi sambil membawa anak ibu," mendengar jawaban tersebut, ibu ini heran, mengapa harus menunggu dua minggu lagi. Ia tahu bahwa hal ini bisa dilakukan saat ini juga. Meski heran, ibu ini menuruti saja. Dua minggu kemudian, ketika ibu dan anaknya datang, Gandhi langsung menasehati anak itu. Sang ibu mengucapkan terima kasih. Sebelum pamit, ibu itu masih penasaran mengapa dia harus menunggu dua minggu. Dan ibu itupun menanyakan hal itu kepada Gandhi. "Selama dua minggu ini, saya berusaha menghilangkan kebiasaan buruk saya. Soalnya, saya juga gemar makan permen," jawab Gandhi. Gandhi memberikan pelajaran yang indah bagi kita semua. | Ia mengambil keputusan untuk menunda memberi nasehat kepada anak tersebut karena ia sendiri memiliki kegemaran yang sama dengan anak itu. Gandhi tidak mau perkataannya tidak sesuai dengan perbuatannya. Dengan kata lain, ia menjaga keseimbangan antara perkataan dan tindakannya. Sebagai rasul, Paulus berhak menikmati bantuan hidup dari jemaatnya. Namun Paulus memilih bekerja untuk menghidupi dirinya sendiri. Dengan begitu, ketika menasehati jemaat di Korintus, dia bisa berkata lantang, "Jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan." (2 Tesalonika 3:10) Saudaraku, jadilah teladan dalam perkataan dan perbuatan. Jangan terlalu cepat memberi nasehat atau menegur orang lain, kalau kita sendiri belum dan tidak bisa melakukannya. Supaya kita tidak dikatakan sebagai orang yang munafik. Ketika kita selalu menyelaraskan antara perkataan dan tindakan, maka kita akan menjadi orang yang disukai oleh semua orang |
Label: Kumpulan Renungan
Kita dapat menarik banyak pelajaran dari kehidupaan pelanduk. Binatang kecil ini tahu dengan pasti ke mana ia harus pergi bila bahaya datang. Bongkahan bebatuan yang cukup besar di sekitar pegunungan merupakan tempat persembunyian yang paling aman bagi pelanduk. Jika seekor burung elang terbang menukik dan mencoba menyambarnya, binatang kecil ini terlindung oleh bebatuan. Burung elang harus menghancurkan bongkahan batu itu terlebih dahulu bila ingin berhasil memburu mangsanya. Jika muncul seekor singa yang berkeliaran mencari mangsa, pelanduk segera menghimpitkan tubuhnya pada bongkahan bebatuan sehingga sulit terlihat oleh singa itu karena warna kulitnya mirip dengan warna bebatuan. | Selama pelanduk bersembunyi di antara bongkahan bebatuan, ia akan tetap aman. Jika pelanduk mencoba lari ke padang rumput, niscaya ia akan menghadapi ajal. Pelanduk cukup bijak mengenali kondisi dirinya bahwa ia akan tetap aman bila ia berlindung di antara bebatuan, bukan di tempat terbuka. Jika kita cerdik seperti pelanduk, kita tentu tahu di mana letak kekuatan kita. "Hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan," demikian nasehat Alkitab, "dan di dalam kekuatan kuasaNya" (Efesus 6:10). "Ya, TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku," seru Daud tatkala ia dikejar-kejar oleh musuh-musuhnya (#/TB 2Samuel 22:2*). Pelanduk tahu dengan pasti di mana letak kekuatannya. Bagaimana dengan Anda? — HWR |
Label: Sabda
Pernikahan yang baik memiliki suatu keseimbangan. Kenyataan-kenyataan hidup sehari-hari harus dipadukan dengan sukacita dan rasa saling mengasihi secara terus-menerus. Kenyataan hidup akan menolong seorang suami melihat bahwa ia harus menerima istrinya sebagaimana adanya, bukannya terlalu peka terhadap perasaan sang istri. Hal ini juga akan membuat sang istri melihat bahwa komentar-komentar kritisnya dapat menghancurkan rasa hormat-diri pada sang suami. Kenyataan hidup saja belumlah cukup. Hal-hal yang romantis, seringkali dibuang seusai pesta pernikahan, sehingga mengakibatkan sebuah pernikahan tidak bertumbuh. Hal ini dapat menghalangi terjadinya situasi yang dilukiskan dalam sebuah film kartun tentang sepasang suami istri yang telah tua yang sedang duduk di serambi depan rumah mereka. | Sang suami berkata, "Sarah, kadang-kadang ketika aku memikirkan betapa berartinya engkau bagiku, aku tidak dapat menahan diri untuk tidak mengatakannya kepadamu." Perkataan Rasul Paulus dalam #/TB Efesus 5:1-24* menggambarkan bahwa cinta antara dua manusia mencerminkan pengurbanan Kristus bagi gerejaNya. Dapat dikatakan bahwa itulah cinta yang diisi dengan kebaikan dan kelemahlembutan. Terlepas dari status apakah Anda sedang berpacaran atau telah menikah setengah tahun atau setengah abad, Kristus dapat menolong Anda untuk menyeimbangkan hubungan pernikahan Anda antara kenyataan dan sikap romantis. Teruslah berjalan dalam kasihNya dan lihatlah apa yang akan terjadi pada pernikahan Anda — DJD |
Label: Sabda
Ketika Tuhan menegur Adam karena memakan buah dari pohon terlarang, Adam menyalahkan Hawa (#/TB Kejadian 3:12*). Sejak itulah, manusia berusaha menghindari tanggung jawab atas perbuatannya dengan melemparkan kesalahan pada orang lain atau keadaan di luar kuasa mereka. Hingga hari ini, sikap menyalahkan orang lain telah mencapai tingkat yang baru. Dalam suatu wawancara televisi, seorang pejabat tinggi pemerintah menyatakan bahwa para pendukung pro-life, gerakan anti-pembunuhan, pada akhirnya bertanggung jawab atas 1,6 juta aborsi yang terjadi di Amerika. Ia menegaskan, seandainya orang-orang yang menentang aborsi secara sukarela bersedia mengambil dan mengasuh bayi-bayi di rumah mereka, para wanita itu tentu tidak akan menggugurkan kandungannya. | Jika Anda setuju dengan alasan ini, maka wanita yang memilih untuk melakukan aborsi dengan alasan kehadiran seorang bayi dapat membuat kehidupannya tidak nyaman, menjadi tidak bersalah atas kematian anaknya. Peraturan tidak tertulis sepertinya menjadi: "Jangan salahkan tertuduh karena kesalahan mereka." Tanggung jawab itu terletak pada orang-orang yang ingin menghukum para wanita itu karena kesalahan mereka. Hal ini bertentangan dengan Alkitab yang mengajarkan bahwa Allah akan memperlakukan kita setimpal dengan apa yang kita perbuat. Rasul Paulus menunjukkan kepada kita bagaimanan seharusnya kita bersikap. Ia mengakui kengerian dosanya dan ia menyadari betapa besar anugerah Allah yang dilimpahkan kepadanya (#/TB 1Korintus 15:9-10*) — HVL |
Label: Sabda
Saya mendengar cerita tentang seorang laki-laki di Indiana yang tinggal di rumah yang sama sepanjang hidupnya. Bayangkan! Selama hampir 80 tahun ia bangun setiap hari di rumah itu. Ia berangkat ke sekolah dari rumah itu sampai lulus, kemudian bekerja, namun selalu kembali ke tempat yang sama. Ia berkata bahwa ia tidak memiliki keinginan untuk tinggal di tempat lain di mana pun juga. Tidak demikian halnya dengan saya. Saya tidak dapat tinggal di rumah yang sama sepanjang hidup saya. Saya menyukai perubahan-perubahan tertentu. Namun tidak sebanyak seperti seorang istri perwira yang mengatakan kepada saya bahwa ia telah tinggal di 75 tempat yang berbeda. Ada suatu tempat di mana kita seharusnya ingin tinggal sepanjang masa, yakni tinggal di dalam hadirat Tuhan. | Dalam #/TB Mazmur 27:1-14* Daud mengungkapkan keinginannya untuk "tinggal tetap di dalam rumah Tuhan sepanjang hidup" (#/TB Mazmur 27:4*) Bagi pemazmur, rumah Tuhan adalah tabut di mana Allah berdiam di antara bangsa Israel di dalam KemahakudusanNya. Daud menyadari bahwa bila ia berada dalam rumah Tuhan, ia akan aman dari musuh-musuhnya (#/TB Mazmur 27:5*) Tabut itu mengingatkannya tentang kehadiran Allah yang setia. Hingga kini, Roh Allah tetap tinggal di dalam hati setiap orang percaya (#/TB Yohanes 14:16-17; 1Korintus 6:19*). Renungkanlah! Allah pencipta kita kini berdiam dan tinggal di dalam kita. Kiranya keinginan kita yang terbesar adalah semakin menikmati kehadiranNya setiap hari — DCE |
Label: Sabda
Katedral Coventry yang bersejarah di Inggris hancur ketika pesawat Nazi melancarkan serangan kilat pada saat meletusnya Perang Dunia II. Di tengah-tengah reruntuhan itu, penguasa memasang suatu tanda silang besar yang terbuat dari dua balok kayu. Pada tanda silang itu terukir kata-kata, "Bapa, ampunilah." Bukan seperti ketiga kata Yesus yang telah kita kenal, "Bapa, ampunilah mereka" (#/TB Lukas 23:34*). Tidak, hanya "Bapa, ampunilah." Sesungguhnya kata "mereka" yang dihilangkan itu menyadarkan kita bahwa bukan hanya Nazi, penyebab kehancuran yang mengerikan itu, yang membutuhkan pengampunan — tetapi kita semua. Dari sudut pandang kita, beberapa perbuatan kita yang salah mungkin kita pandang sebagai suatu kesalahan yang remeh — dengan berdalih bahwa itu merupakan "kebohongan kecil yang benar" — sedangkan dosa yang lain tampak sebagai suatu dosa yang sangat besar yang menimbulkan kebencian yang mendalam — seperti bencana mengerikan yang diperbuat oleh Hitler atau kekejaman Stalin. | Hanya Allah yang dapat menentukan apakah dosa yang satu lebih besar daripada dosa yang lain. Namun satu hal telah jelas: "Semua orang telah berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah" (#/TB Roma 3:23*). Standar Allah tentang ketaatan yang sempurna dinyatakan dalam diri Yesus Kristus. Kita semua, baik yang menjadi korban maupun pelaku kesalahan itu sendiri, berada dalam keadaan tak berdaya dan membutuhkan pengampunanNya (#/TB Lukas 23:10*). Berita kemenangan dari Injil adalah bahwa Allah telah menyediakan keselamatan bagi setiap orang yang mau menerima AnakNya, Yesus Kristus (#/TB Roma 6:23; 8:1; 10:9-13*) — VCG |
Label: Sabda
Ada kisah yang menarik dari seorang dosen ketika ia mengajar dalam satu sekolah Teologi. Ketika ia memberi kuliah, ia memberikan ilustrasi berikut ini. Dia mengangkat segelas air dan bertanya kepada mahasiswanya, "Menurut kalian, seberapa beratkah segelas air ini?" Para mahasiswa pun menjawab beragam, ada yang 20 gram, 30 gram, 100 gram sampai 500 gram. Lalu Sang dosen menjawabnya, "Apakah kalian tidak tahu bahwa ini bukanlah masalah berat absolutnya, tapi tergantung berapa lama Anda memegangnya. Jika saya memegangnya selama satu menit, tidak ada masalah. Jika saya memegangnya selama satu jam, lengan kanan saya akan sakit. Dan jika saya memegangnya selama satu hari penuh, mungkin Anda harus memanggilkan ambulans untuk saya. Beratnya sebenarnya sama, tapi semakin lama saya memegangnya, bebannya akan semakin berat. Hal terbaik yang harus kita lakukan adalah meletakkan gelas tersebut, istirahat sejenak sebelum mengangkatnya lagi." | Seringkali tanpa disengaja kita membawa beban hidup kita terus-menerus. Akibatnya, setiap hari kita selalu saja merasa susah, kuatir, bahkan stres karena beban-beban itu rasanya menekan kita. Beban itu pun semakin bertambah berat karena kita telah menambahkanya dengan kekuatiran akan hari-hari yang akan datang. Saudaraku, Firman Tuhan mengingatkan kita untuk tidak menanggung kesusahan hari esok, karena kesusahan sehari cukuplah untuk sehari. Bahkan Tuhan sendiri meminta kita untuk menyerahkan segala beban yang kita tanggung kepada-Nya. Persoalannya sebenarnya ada pada kita. Kita sudah tahu bahwa Allah telah mengajak kita untuk membawa semua beban kita kepada-Nya supaya kita mendapat kelegaan, tapi kita terus saja menggenggam beban itu erat-erat. Serahkanlah segala beban dan pergumulanmu kepada Tuhan, engkau pasti mendapat kelegaan |
Label: Kumpulan Renungan
Kisah ini berlangsung di Amerika ketika seorang pengembara tiba di tepi Sungai Mississipi, ia tidak menemukan jembatan. Untunglah saat itu musim dingin dan permukaan sungai besar itu membeku. Namun, pengembara itu ragu-ragu untuk melintasinya karena ia tidak tahu ketebalan lapisan es itu. Akhirnya, dengan sangat berhati-hati, ia merangkak di atasnya sampai ke bagian tengah. Saat itulah ia mendengar suara nyanyian di belakangnya. Dengan hati-hati ia menoleh, dan ternyata dari tepi sungai yang berkabut, muncul pengembara lain, mengendarai kereta kuda penuh muatan. Kedua orang itu melintasi lapisan es yang sama, namun sampai ke seberang dengan cara yang berbeda. Mengapa demikian? Yang satu meragukan ketebalan dan kekuatan lapisan es itu; yang lain mengenalinya dengan baik. Kalau kita melihat realita kehidupan rohani kita, maka dapat dikatakan bahwa kira-kira seperti itu juga perjalanan iman kita. | Kita memiliki Firman Tuhan dan obyek atau landasan iman yang sama, yakni Alkitab dan Tuhan Yesus Kristus. Namun, tingkat pengenalan atau pengetahuan kita akan Dia berbeda-beda, dan hal itulah yang menentukan perjalanan iman kita masing-masing. Karena itulah firman Tuhan mendorong kita untuk bertumbuh dalam pengenalan kita akan Dia. Saudaraku, perlu kita ingat dan sadari betul bahwa tanpa pengenalan yang benar dan memadai akan Dia, mungkin akan membawa kita sampai keseberang, tapi tidak akan membuat kita bisa menikmati perjalanan sambil bersorak-sorak. Kita hanya bisa merangkak. Bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan akan membawa kita kepada pengenalan yang benar akan Tuhan, sekaligus memampukan kita untuk tetap bersyukur dalam menghadapi segala sesuatu. Ingat baik !!! semakin kita mengenal Tuhan, semakin kita tahu cara terbaik mengerti kehidupan. |
Label: Kumpulan Renungan
Ada satu cerita yang menarik mengenai burung Kasuari. Burung Kasuari termasuk jenis burung yang besar. Tetapi burung Kasuari yang besar itu tidak kuat terbang, namun mempunyai keistimewaan, larinya cepat. Dengan larinya yang sangat cepat itu burung kasuari dapat menghindarkan diri dari bahaya. Pada waktu dikejar oleh musuhnya burung kasuari itu dapat menyembunyikan dirinya di semak-semak namun sayang burung itu hanya dapat menyembunyikan kepalanya yang kecil itu dalam semak-semak duri tetapi badan burung Kasuari yang besar itu tetap dapat dilihat oleh pengejarnya. Dengan menyembunyikan kepalanya burung itu seolah-olah merasa aman, namun sebenarnya hal itu memudahkan si pengejar untuk menangkap. Rasa aman yang dialami oleh kasuari itu sebenarnya adalah rasa aman yang palsu. Banyak orang Kristen (orang percaya) yang mungkin tidak menyadari bahwa ia sedang ditipu oleh Iblis dengan rasa aman yang palsu. | Mereka berpikir bahwa dengan menyembunikan pelanggaran, kesalahan dan dosa, maka mereka akan aman. Mereka mungkin tidak tahu bahwa mereka dapat menyembunyikan dosa mereka terhadap manusia, tetapi di hadapan Tuhan, apa yang mereka lakukan tidak satupun yang tidak terlihat atau tersembunyi. Jadi, jika ada orang yang merasa dapat menyembunyikan dosa dan kejahatannya, sebenarnya mungkin ia hanya terhibur atau senang karena merasa aman, karena tidak ada orang mengetahui jejaknya. Namun itu sebenarnya adalah rasa aman yang palsu sebab dosanya itu diketahui oleh suara hati nuraninya sendiri dan akan terus mengintimidasi dia dan menjadikannya pribadi yang akan selalu tertekan. Rasa aman yang dialami oleh orang yang selalu menutupi dosanya adalah rasa aman yang tidak aman. Pengakuan adalah awal dari kebebasan. |
Label: Kumpulan Renungan
Baik atau buruk itu tergantung dari cara kita memandang. Masalah bisa menjadi buruk tapi bisa juga menjadi baik, itu juga tergantung dari cara kita memandang. Lihatlah hal yang baik dengan cara pandang yang buruk, maka hal itu akan terlihat sedemikian negatif. Sebaliknya, lihatlah hal yang buruk dengan cara pandang yang baik, secara mengejutkan kita akan melihat hal-hal yang positif. Seorang pemain bola basket berbakat, ketika berusia 16 tahun kehilangan kedua kakinya dalam sebuah kecelakaan. Ini hal yang buruk baginya, tetapi pebasket muda tersebut akhirnya menjadi atlet kursi roda terkenal. Ia berkata, “Segera sesudah kecelakaan itu saya bangkit. Saya justru tidak tahu seperti apa kalau kaki saya masih ada.” Cerita lainnya, seorang pria setengah baya melihat kembali dari kebutaan matanya semenjak lahir. Lalu seorang psikolog yang menanganinya berkomentar tentang mantan pria buta ini, “Waktu buta, dia hebat sekali. Tapi waktu dia sembuh, prestasinya merosot drastis, bahkan seperti orang bodoh.” | Mungkin bagi kita kehilangan kedua kaki adalah masalah besar, tapi bagi pemain basket di atas, justru adalah kunci kesuksesan. Bagi kita mendapat kembali penglihatan adalah hadiah, tapi bagi pria separuh baya tersebut di atas adalah masalah besar. Mengapa bisa demikian? Ini bukan soal masalahnya, tapi soal bagaimana kita melihat sebuah masalah. Perlu saya tekankan sekali lagi, lihatlah hal yang baik dengan cara pandang yang buruk, maka hal itu akan terlihat sedemikian negatif. Sebaliknya, lihatlah hal yang buruk dengan cara pandang yang baik, maka kita akan melihat hal-hal yang positif. Apakah hari ini kita sedang mengalami masalah? Bagaimana cara kita memandang masalah tersebut? Tuhan selalu mengajar agar kita melihat segala masalah dari sudut pandang yang positif. Jadi jika hari ini hidup Anda terlihat begitu suram dan gelap untuk dijalani, jangan-jangan yang salah adalah pandangan Anda. Jadi, lihatlah setiap masalah yang paling buruk sekalipun dengan pandangan positif. |
Label: Kumpulan Renungan
Pada zaman pemerintahan Ratu Elizabeth, Dr.Thomas Cooper menerbitkan sebuah kamus dengan tambahan 30.000 kata. Dr. Cooper telah mengumpulkan materi tersebut selama kurang lebih delapan tahun untuk menerbitkannya. Suatu hari istrinya yang jahat dan tak kenal nilai jerih lelah suaminya itu masuk ke dalam perpustakaan suaminya, membakar catatan-catatan suaminya sebab dia kuatir kalau suaminya itu akan membunuh dirinya sendiri dengan hasil karyanya itu. Ketika Dr. Cooper masuk ke dalam perpustakaannya dia melihat bahwa catatan-catatan itu sudah musnah, dia menanyakan, siapa pelaku pemusnahan itu? Istrinya menjawab, tanganku yang jahil ini. Dengan mengeluh dalam-dalam Dr. Cooper berkata, Dinah, Dinah engkau telah menjadikan dunia kacau. Dengan tenang Dr. Cooper menulis kembali apa yang telah dimusnahkan itu, memakan waktu delapan tahun. Dengan ketekunannya itu Dr. Cooper mengalami sukses besar. | Orang Kristen yang tekun mentaati perintah Tuhan dan tekun beriman kepada Tuhan Yesus Kristus dia akan dapat melewati penderitaan, kesulitan dan kesengsaraannya dengan kemenangan rohani. Itu janji Tuhan. Ketika kita membaca cerita ini, pasti ungkapan pertama yang akan kita ungkapkan adalah “Luar biasa”. Mengapa? Dr. Cooper mengajarkan kita hal yang luar biasa, yakni tidak larut di dalam situasi yang sepertinya mengecewakan kita. Yang harus kita lakukan adalah melakukan kembali apa yang sudah dihancurkan oleh orang lain dengan sukacita. Mungkin saat ini, kita ada dalam posisi seperti Dr. Cooper, yakni apa yang sudah lama kita bangun atau kita kerjakan dihancurkan atau digagalkan oleh orang lain. Lakukan sekali lagi, jika itu kehendak Tuhan, Ia akan memampukan kita untuk melakukan hal yang sama bahkan lebih baik lagi. Petrus pernah gagal sebagai seorang nelayan dalam mencari ikan, tetapi akhirnya berhasil karena ia melakukannya sekali dengan taat pada perintah Tuhan |
Label: Kumpulan Renungan
Ada suatu percakapan yang terjadi dalam satu keluarga, yang mungkin hal ini terjadi juga dalam keluarga kita. Seorang anak bertanya pada ibunya, “Ma, kenapa mama tidak mau bermain bersamaku?”, “Karena mama tidak punya waktu” jawab ibu anak tersebut. Dialog pun berlanjut. “Mengapa mama tidak punya cukup waktu?”, “Karena mama harus kerja". “Kenapa mama harus kerja?”, “Agar mama mendapat uang”, “Mengapa mama ingin mendapat uang?”, “Agar bisa memberi kamu makan”. Si anak terdiam sejenak. Kemudian ia berkata lagi, “Mama, saya tidak lapar,” Dialog seperti itu mungkin pernah kita temui di kehidupan sehari-hari. Anak kita ingin supaya kita bisa menjadi teman mainnya dan memberikan sebagian waktu kita untuknya. Namun terkadang pekerjaan di kantor sudah menunggu untuk segera dikerjakan, akhirnya anak kita hanya mendapatkan kekecewaan dan bukan memberi waktu kita untuknya. Saudaraku, hidup memang harus bekerja, namun hidup bukanlah untuk pekerjaan saja. Artinya, kita juga harus pandai dan bijak mengatur waktu untuk anak dan keluarga. | Jangan pernah beranggapan bahwa keluarga akan berterima kasih karena kita telah memberikan banyak kecukupan dalam materi dan finansial. Justru saat mereka terbiasa hidup tanpa kedekatan dengan kita, itu adalah hal yang akan berdampak buruk bagi perjalanan sebuah keluarga. Sekarang saatnya kita mengganti cara pandang kita terhadap pekerjaan dan keluarga. Pekerjaan memang penting karena menyangkut kebutuhan keluarga. Tetapi jangan sampai kebahagiaan keluarga yang tentunya adalah satu tujuan kita bekerja justru dikorbankan demi pekerjaan itu sendiri. Jadilah orang yang tidak hanya disukai dan berprestasi di tempat kerja, tetapi juga di keluarga. Ingat, kehadiran Anda di tengah keluarga menentukan seberapa besar respon keluarga pada Anda. Tempatkan posisi Anda di tengah keluarga, seperti Allah telah menempatkan Anda di sebuah keluarga yang menunggu perhatian dan kasih sayang Anda. |
Label: Kumpulan Renungan
Seorang guru Alkitab yang bijak suatu kali berkata, "Cepat atau lambat Allah akan membawa umat-Nya yang merasa memiliki segalanya ke tempat di mana mereka tidak memiliki apa pun selain Dia; tanpa kekuatan, tanpa penjelasan, tanpa apa pun kecuali Dia. Tanpa pertolongan Allah, mereka akan hancur." Ia lalu bercerita tentang seseorang yang putus asa mengeluh kepada pendetanya, "Hidup saya benar-benar hancur." "Seberapa parah?" tanya si pendeta. Sambil menutupi kepalanya dengan tangannya, ia meratap, "Sangat parah, sehingga satu-satunya milik saya yang masih tersisa hanya Allah." Wajah sang pendeta berseri-seri. "Dengan senang hati saya meyakinkan Anda bahwa orang yang hanya memiliki Allah, memiliki kekuatan yang lebih dari cukup untuk memperoleh kemenangan besar!" Saudaraku, dalam pembacaan Firman Tuhan hari ini, menceritakan mengenai bangsa Yehuda yang sedang menghadapi masalah. | Mereka menyadari bahwa tak punya cukup kekuatan dan kehabisan cara untuk mengalahkan musuh. Yang tersisa hanya Allah! Namun, Raja Yosafat dan rakyatnya melihatnya sebagai sumber harapan, bukannya keputusasaan. "Mata kami tertuju kepada-Mu," seru mereka kepada Allah. Dan mereka tidak dikecewakan karena Dia memenuhi janji-Nya: "Bukan kamu yang akan berperang melainkan Allah." Saudaraku, Apakah Anda sedang dalam situasi yang sangat menyedihkan, atau diperhadapkan dengan tantangan atau pergumulan yang sangat berat bahkan seolah-olah Anda merasa ditinggalkan oleh semua orang? Arahkanlah pandanganmu dan berharaplah terus kepada Tuhan, karena ketika Anda mengarahkan pandangan kepada Tuhan dan menaruh harapan kepada-Nya, Anda akan mendapatkan pemenuhan janji Allah, dan Anda tidak akan membutuhkan apa-apa lagi selain Dia |
Label: Kumpulan Renungan
Setiap manusia pasti menginginkan kehidupan yang selalu diberkati oleh Tuhan. Saya belum pernah temukan atau mendengarkan orang yang memiliki kerinduan supaya kehidupannya biasa-biasa saja atau tidak ingin diberkati. Dengan kata lain, orang baik ataupun jahat, orang percaya dan tidak percaya kepada Tuhan pun pasti ingin diberkati. Memang kalau kita baca Firman Tuhan ini, menjelaskan tentang siapa yang boleh datang kepada Tuhan atau ketempat-NYA yang kudus. Tetapi dalam Firman Tuhan ini juga menjelaskan bahwa orang yang layak untuk datang kepada gunung Tuhan dan tempat-NYA yang kudus adalah orang yang juga akan diberkati oleh Tuhan. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menjadi orang yang diberkati: I. Bersih Tangannya Orang yang bersih tangannya adalah orang yang tidak mau mencemarkan tangannya terhadap hal-hal yang bertentangan dengan Firman Tuhan. | II. Murni Hatinya Artinya tetap tulus, suci belum bercampur dengan unsur lain, belum mendapat pengaruh-pengaruh luar, masih asli. Hatinya tetap terpaut kepada Tuhan III. Tidak menyerahkan diri terhadap penipuan Orang seperti ini adalah orang yang tidak mau kompromi terhadap hal-hal di luar kehendak Tuhan IV. Tidak Bersumpah Palsu Orang yang memilki prinsip untuk mengatakan benar jika itu benar dan mengatakan salah jika itu salah apapun konsekwensinya. Saya percaya jika kita melakukan kebenaran Firman Tuhan ini, maka kita akan menjadi orang yang akan selalu diberkati oleh Tuhan, baik berkat materi maupun berkat-berkat rohani. |
Label: Kumpulan Renungan
Seorang pendeta mengakhiri khotbahnya di suatu hari Minggu dengan berkata, "Jika ada seseorang di sini yang menginginkan bantuan untuk mengenal Allah dan ingin agar saya mendoakan, silakan angkat tangan." Seorang pria muda berdiri dan berkata, "Tolong doakan saya, Pak. Beban dosa saya terlalu berat untuk dipikul." Setelah kebaktian, sang pendeta berbicara dengan pria tersebut dan membawanya untuk percaya kepada Yesus. Pria muda tersebut telah berkelana dari satu kota ke kota lain selama delapan tahun tanpa memberi kabar kepada orangtuanya. Jadi pada saat itu ia memutuskan untuk menulis surat dan memberi tahu mereka tentang perubahan dalam hidupnya. Beberapa hari kemudian, datanglah jawaban dari ibunya, "Anakku terkasih, engkau pasti menerima Yesus Kristus pada jam yang sama saat ayahmu pulang ke surga. Ia telah sakit | cukup lama, dan pada hari itu ia sangat gelisah. Ia berguling-guling di tempat tidurnya sambil berseru, 'Tuhan, tolong selamatkan anak laki-laki saya yang tersesat dan patut dikasihani.' Ibu yakin bahwa salah satu alasan engkau menjadi orang kristen adalah permohonan Ayah yang tak putus-putusnya." Cerita ini memberikan pelajaran rohani yang baik bagi kita semua. Jika kita berdoa dengan sungguh-sungguh dan dengan tidak jemu-jemu, maka doa kita akan dijawab oleh Tuhan. Apalagi jika yang kita minta sesuai dengan kehendak Tuhan (tidak bertentangan dengan Firman Tuhan), dan dengan motivasi yang benar. Alkitab mengatakan bahwa “doa orang benar sangat besar kuasanya”. Mungkin apa yang kita doakan belum kita terima saat ini tapi, percayalah Tuhan tahu apa yang terbaik bagi kita, dan Tuhan juga tahu waktu yang tepat untuk menjawab setiap permohonan kita. |
Label: Kumpulan Renungan
Dunia mengukur kebodohan dari pengetahuan seseorang atau dengan bangku sekolah.Oleh sebab itu tidak heran apabila orang-orang dunia lebih cenderung mencari orang-orang pintar yang pengetahuanya lebih tinggi. Sistim ini tentu jauh berbeda dengan sistim yang dipakai Tuhan. Tuhan malah memilih orang-orang yang dianggap bodoh oleh dunia. “Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat” (I Kor. 1:27). Sepintar apapun seseorang jika ia hdup dalam dosa, ia bodoh! Orang yang ke dukun, selingkuh, tidak mau mengampuni adalah orang bodoh! So.. apa sih kebodohan menurut Kitab Suci? 1. Kebodohan adalah mendengar Firman Tuhan tapi tidak melakukannya. | 2. Kebodohan adalah merasa diri benar. 3. Kebodohan adalah meninggalkan Tuhan dan Anugerah-Nya. 4. Kebodohan adalah menyakiti diri sendiri. Sebagai orang yang yang beriman marilah kita berjuang untuk menjadi orang yang berkenan kepada Tuhan. Jadilah orang yang punya pengetahuan banyak tapi tidak bertindak bodoh. Jadilah orang yang mau terus belajar sambil bertindak dalam kebenaran. Tahukah saudara bahwa tempat belajar yang paling menentukan adalah di “Kehidupan sehari-hari” kita. Carilah Tuhan dan teruslah belajar. Dan belajarlah baik-baik dari kehidupan. Dan Tuhan akan memakai Anda dan Anda tidak akan hidup dalam kebodohan. Tuhan memberkati. © (sog: SE) |
Label: Kumpulan Renungan
Ketika saya sedang melangkah keluar meninggalkan gereja setelah mengikuti upacara pemakaman seorang sahabat, pimpinan rumah pemakaman berkata kepada saya, "Anda tahu, ada perbedaan yang besar antara upacara pemakaman orang percaya dengan orang yang belum diselamatkan." Orang ini telah menyaksikan ratusan kali upacara pemakaman dan sangat terkesan dengan perbedaan menyolok antara perilaku orang-orang percaya dengan orang-orang yang belum percaya kepada Kristus. Ia mengamati bahwa orang-orang percaya dihibur dengan perkataan Rasul Paulus yang terdapat dalam #/TB 1Tesalonika 4:1-18*, "Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia … sesudah itu kita yang hidup yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa" (#/TB 1Tesalonika 4:14,17*). | Tentu saja kita mengalami dukacita tatkala kematian memisahkan kita untuk sementara dari orang-orang yang kita kasihi. Namun dukacita kita akan ditenangkan dan kepahitan hati kita akan dilembutkan dengan kebenaran firman Tuhan: Orang-orang percaya yang meninggal akan masuk ke hadirat Tuhan Yesus, dan mereka akan menemaniNya tatkala Dia datang kembali ke bumi. Kita yang menanti kedatangan Tuhan yang kedua kalinya akan dikuatkan dan dihiburkan dalam memasuki pertemuan kembali yang mulia itu. Itulah yang menyebabkan adanya perbedaan antara orang percaya dan orang yang belum menerima Kristus — RWD |
Label: Sabda
Salah satu pertandingan baseball Liga Utama yang paling menarik yang pernah saya saksikan adalah pertandingan yang tercatat dalam buku rekor. Satu kesalahan dapat mengubah jalannya pertandingan menjadi berbeda. Milt Wilcox dari klub Detroit Tigers melakukan lemparan bola berhadapan dengan klub Chicago White Sox. Ia telah mengalahkan 26 pemukul pertama. Dan pada babak terakhir, dua kali pukulan lawan telah gagal. Jika ia dapat mengalahkan lawan pada kesempatan terakhir, ia bakal mencatat diri sebagai salah seorang yang dapat melakukan hal ini dengan sempurna — hanya 11 orang yang mampu melakukannya selama 100 tahun sejarah liga utama. Namun pemukul bola dari White Sox, Jerry Hairston, dapat melakukannya dengan baik, dan Wicox pun kehilangan tempat dalam sejarah. Kita sulit mencapai kesempurnaan. Kita bangun pada pagi hari dengan tekad untuk melakukan segala sesuatu dengan benar, tetapi sebelum menyadarinya, kita telah jatuh ke dalam dosa. | Hal yang sama terjadi dengan para hamba Allah dalam Alkitab. Kita dapat melihat tokoh-tokoh besar dalam Alkitab, betapa sulitnya mereka berjuang untuk mencapai kesempurnaan. Allah menyebut Daud sebagai seorang yang berkenan di hatiNya (#/TB Kisah 13:22*), tetapi nyatanya ia juga jatuh ke dalam dosa (#/TB Mazmur 32:5*). Dan Paulus, pemberita Injil terbesar yang pernah ada, mengakui bahwa ia melakukan hal yang tidak ingin ia lakukan (#/TB Roma 7:15*). Sedihnya, kita semua gagal mencapai kesempurnaan. Tatkala kita jatuh, adalah menjadi tanggung jawab kita untuk mengakui dosa-dosa kita kepada Allah dan menerima anugerahNya. Bahkan ketika ketidaksempurnaan datang menghantam, kita dapat belajar darinya dan tetap bertumbuh — JDB |
Label: Sabda