Dalam pertumbuhan dan perkembangan pelayanan gereja masa kini, satu kunci utama adalah faktor sumber daya manusia (SDM) yang harus dikembangkan. Tanpa adanya pengembangan SDM, niscaya gereja akan terhambat pertumbuhan dan perkembangannya.
Dalam konteks kepemimpinan Kristus, pengembangan sumber daya manusia haruslah dijaga, dipelihara, dan dikembangkan. Sehingga, kaderisasi kepemimpinan yang terjadi dalam gerejaNya tidak berhenti begitu saja.
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mau mengembangkan orang lain (bawahannya). Apabila hal ini dilakukan dengan baik dan efektif oleh pemimpin, maka tidak hanya tugas-tugasnya sendiri yang akan terlaksana dengan lebih baik, tidak saja ia melancarkan jalannya sendiri, melainkan ia akan mempunyai sekelompok orang-orang yang terampil dan terlatih baik, yang akan setia sepenuhnya kepadanya.
“Hal yang menarik dalam mengembangkan orang adalah bahwa tak ada yang berkembang lebih baik daripada orang yang berikhtiar membantu orang lain mengembangkan diri. Pada hakekatnya, tak seorang pun dapat mendidik dirinya sendiri, kecuali apabila ia mengusahakan pendidikan orang lain.”.1
Seorang pemimpin yang baik selalu menyediakan tempat bagi sumber daya manusia. Karena melupakan manusia adalah suatu kesalahan yang sangat besar. Tidak ada seorang pun yang akan menjadi pemimpin kalau dia ingin melakukan semuanya sendiri atau mendapat semua penghargaan karena melakukannya. Semakin banyak orang yang Anda kembangkan, semakin luas jangkauan impian Anda.
Leroy Eims mengatakan bahwa “untuk mempertahankan agar selalu ada motivasi dan semangat juang yang tinggi, pemimpin harus membina orang-orang yang bekerja sama dengan dia, menolong mereka untuk sepenuhnya mampu mengembangkan potensi yang ada pada mereka.”2
Seorang pemimpin hebat, bukan karena kekuasaannya, tetapi karena kemampuannya memberikan kekuatan kepada orang lain. Sukses tanpa pengganti adalah kegagalan. Tanggung jawab utama seorang pemimpin adalah mengembangkan orang lain untuk melakukan pekerjaan”.3
Jika seorang pemimpin tidak dapat atau tidak mau memberdayakan orang lain, ia akan menciptakan hambatan di dalam organisasi yang tak dapat diatasi orang-orangnya. Jika hambatan-hambatan itu tetap ada cukup lama, maka orang-orang akan menyerah atau pindah keorganisasi lainnya dimana mereka dapat memaksimalkan potensi mereka.4
Tidak sedikit pemimpin yang merasa bahwa hanya mereka sajalah yang memenuhi persyaratan dalam kelompok atau organisasi untuk melakukan tugas. Sedangkan pemimpin yang lain seringkali merasa bahwa mereka selalu diharapkan untuk melakukan semua tugas karena jabatan mereka. Bahkan pemimpin yang lain sering enggan untuk menyatakan kepada orang lain bahwa mereka membutuhkan pertolongan karena khawatir para pengikutnya akan menganggap keperluan itu sebagai kelemahan sang pemimpin. Ada juga pemimpin yang tidak mau menyerahkan kekuasaan dari jabatan mereka dengan melibatkan orang lain. Semua sikap seperti ini menunjukkan suatu sikap kepemimpinan yang kurang dewasa. Ia tidak mau mengembangkan SDM yang ada dalam organisasi.
Pemimpin haruslah berbuat lebih daripada sekedar menunjukkan jalan yang harus diikuti oleh orang-orang lain. Para pemimpin tradisional telah melakukan hal ini selama bertahun-tahun, dan gereja terus menerus telah mengalami kemunduran dengan menggunakan rancangan atau pendekatan kepemimpinan semacam itu. Pemimpin yang baik bukan saja harus menunjukkan jalan untuk diikuti orang lain melainkan mereka juga harus sanggup melatih para pengikut untuk menjadi pemimpin-pemimpin yang berhasil guna.5
|
Lawrence Appley, Presiden Asosiasi Manajemen Amerika mengatakan bahwa:
“Tugas utama seorang eksekutif adalah mengembangkan rekan-rekan-rekan sekerjanya, dan membantu mereka. Apabila hal ini dia lakukan dengan efektif, tidak hanya tugas-tugasnya sendiri yang terlaksana dengan lebih baik, tidak saja ia akan melicinkan jalan bagi promosinya sendiri, melainkan ia akan mempunyai sekelompok orang-orang yang terampil dan terlatih dengan baik, yang akan setia sepenuhnya kepadanya”.6
Keagungan seorang pemimpin menurut Myron Rush bukanlah diukur dengan hal yang dapat dilakukannya melainkan dengan hal yang dapat dilakukan oleh mantan pengikutnya.7
Pdt. Ferdy Manggaribet, MA
0 komentar:
Posting Komentar