Setiap penyakit pasti bisa disembuhkan. Demikian juga dengan penyakit-penyakit di atas yang disebabkan oleh lidah kita. Dalam bagian ini, saya akan membagi dua bagian untuk memberikan solusi kesembuhan dari penyakit lidah yang bisa membahayakan kehidupan kita jika terus menerus dibiarkan. Pertama, Pribadi yang telah menyakiti orang lain. Kedua, Pribadi yang telah disakiti.
1. Pribadi yang telah menyakiti orang lain
Pribadi yang telah menyakiti orang orang lain adalah pribadi yang telah salah menggunakan mulut/ lidahnya. Orang seperti ini harus disembuhkan (berubah) dari penyakit ini supaya ia bisa menjadi orang yang berkenan kepada Tuhan dan disukai orang lain.
Menjaga Hati
“Jagalah hati dengan segala kewaspadaan karena dari situlah terpancar kehidupan.” Amsal 4:23.
“Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Hai kamu keturunan ular beludak, bagaiamanakah kamu dapat mengucapkan hal-hal yang baik, sedangkan kamu sendiri jahat? Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati. Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaan yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat.”Matius 12:33-35.
“Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptkan menurut peta Allah, dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi. Adakah sumber memancarkan air tawar dan air pahit dari mata air yang sama? Saudara-saudaraku, adakah pohon ara dapat menghasilkan buah zaitun dan adakah pokok anggor dapat menghasilkan buah ara? Demikian juga mata air asin tidak dapat mengeluarkan air tawar” (Yakobus 3:9-12).
Sebagaimana lidah bisa menentukan nasib hidup kita, demikian juga hati. Oleh karena itu kita diperingatkan untuk menjaga hati karena dari situlah terpancar kehidupan. Dewasa ini orang pada umumnya beranggapan bahwa kepala dengan otak menjadi pusat dan pengatur kegiatan manusia. Tetapi, Alkitab menyatakan bahwa hatilah pusat itu.
Kenapa menjaga hati merupakan solusi kesembuhan dari penyakit yang disebabkan oleh lidah? Karena apa yang di ucapkan oleh setiap orang berasal dari hatinya. Jadi, ketika kita mau membicarakan masalah penyakit-penyakit yang disebabkan oleh lidah, mau tidak mau, kita harus terlebih dahulu menyelidiki hal-hal yang tidak beres dalam hati seseorang.
Tuhan Yesus memberikan perumpamaan sekaligus menunjukkan hubungan lansung antara hati dan lidah (perkataan kita). Ia mengumpamakan hati manusia seperti pohon dan kata-kata yang keluar dari mulut sebagai buahnya. Setiap kata-kata yang dikeluarkan oleh mulut adalah mencerminkan keadaan hati seseorang. Jadi jika hati seseorang baik, akan keluar kata-kata yang baik pula dari mulutnya. Tetapi jika hati seseorang jahat, akan keluar kata-kata yang jahat pula dari mulutnya.
Mungkin kita beranggapan bahwa kita memiliki kehidupan yang baik, walaupun perkataan kita tidak pernah membangun orang lain. Hal ini tentu saja keliru. Bahkan orang tersebut bisa dikatakan sebagai orang yang hidup dalam kepura-puraan. Karena perkataan seseorang mengungkapkan hati seseorang.
Mungkin saja kita datang kepada Tuhan dalam doa dan menyapaikan mengenai kehidupan rohani kita. Kita mungkin berkata, “Tuhan saya orang yang setia”, “Saya selalu beribadah”, Saya takut akan Engkau”, Saya yakin jika Tuhan memeposisikan diri sebagai dokter, Dia akan bertanya, “Coba KU periksa lidahmu”. Dan apabila Tuhan telah melihat keadaan lidah kita, maka Ia akan segera mengetahui keadaan hati (rohani) kita. Karena keadaan lidah kita menggambarkan keadaan rohani kita.
Hanya ada dua kemungkinan bagi hati manusia, yatiu mejadi baik atau menjadi jahat. Tidak ada hati yang bersifat setengah-setengah (setengah baik – setengah jahat). Derek Prince berkata, “Seandainya air dari sebuah ember tumpah di atas lantai, dan air itu kelihatan kotor dan berminya, maka tidak perlu lagi untuk memerikasa air dalam ember itu. Anda dengan sendirinya tahu bahwa pasti air itu kotor dan berminyak juga. Demikian pula dengan hati manusia. Apabila dari mulut seorang keluar kata-kata yang tidak baik, kata-kata kotor, kata-kata yang menunjukkan ketidakpercayaan, bahkan kata-kata yang busuk, itu berarti bahwa keadaan hati orang itu demikian”.
Yakobus juga memberikan contoh seperti yang disampaikan oleh Tuhan Yesus. Ia berkata bahwa tidak mungkin bahwa pohon zaitun menghasilkan buah yang lain. Inti dari pengajaran Tuhan Yesus dan Yakobus adalah keadaan hati manusia yang bisa mempengaruhi kata-kata. Apa yang memancar keluar dari kehidupan Anda menurut Yakobus, bersumber dari hati Anda sendiri. Apabila sumbernya bersih, tentu apa yang keluar dari situ akan bersih juga. Apabila sumbernya kotor, apa pun yang keluar dari sumber itu akan kotor juga.
Saya telah melihat sendiri fakta dari kebenaran firman Tuhan ini. Ketika beberapa jemaat dan anak-anak yang sekolah ditempat saya menggali sebuah sumur di depan pastori. Pada awalnya sumur tersebut mengeluarkan air yang jernih. Tetapi ketika sudah se bulan, maka sumur tersebut memperlihatkan keasliannya. Keluarlah air yang tidak baik. Hitam dan berbau. Setelah diteliti, ternyata sumber air yang ada ditempat tersebut memang demikian. Akhirnya kami menimbun kembali sumur tersebut karena hasilnya tidak baik dan tidak mungkin dipergunakan.
Demikian juga dengan keadaan hati seseorang. Seringkali orang memperlihatkan sesuatu yang pada awalnya kelihatan baik. Tetapi lama-kelamaan orang tersebut akan memperlihatkan sifatnya yang asli. Yakni tidak baik. Karena memang sumbernya (hati) tidak baik.
Kebanyakan orang hanya pandai berbicara tetapi tidak dapat melakukannya. Jika hati kita kekurangan makanan rohani, kita akan memproduksi kekristenan tanpa perbuatan. Bibir kita dapat saja mengeluarkan ucapan-ucapan yang kedengarannya rohani, baik dalam doa, ibadah, maupun percakapan, untuk memberi kesan kita memiliki tingkat rohani yang tinggi. Tetapi kenyataan sehari-hari menunjukkan apa yang senantiasa kita hasilkan dalam hidup.
Bagaimana kita dapat hidup sesuai, tidak hanya pandai berkata-kata saja? Daud bergumul dengan masalah ini dalam Mazmur 19:13-14 “Siapakah yang dapat mengetahui kesesatan? Bebaskanlah aku dari apa yang tidak kusadari. Lindungilah hambaMu juga terhadap orang yang kurang ajar; janganlah mereka menguasai aku! Maka aku menjadi tak bercela dan bebas dari pelanggaran besar”. Daud jujur dengan dirinya sendiri dan dengan Allah ketika memohon untuk dibersihkan dari kesalahan-kesalahannya yang tersembunyi dan dosa sombongnya. Selain pengampunan, Daud tahu ia membutuhkan kekuatan dan pertolongan Allah secara terus-menerus untuk menyelaraskan tindakan dan ucapannya. Karena itu dengan sungguh-sungguh ia berdoa, "Mudah-mudahan Engkau berkenan akan ucapan mulutku dan renungan hatiku, ya TUHAN" (Mazmur 19:15).
Ketika beribadah kita kelihatan seperti orang yang sangat kudus. Menyanyikan puji-pujian dan mendengarkan khotbah dengan sungguh-sungguh tetapi ketika pulang, masih dalam perjalanan pulang pun mulai bertengkar dengan istri/suami. Inilah yang dimaksud oleh Yakobus “Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptkan menurut peta Allah, dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk”. Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena sumbernya memang tidak baik. Dan sumbernya adalah hati.
Ketika terjadi sesuatu yang tidak baik dalam lingkungan, dan keluarga, kita jangan langsung mempersalahkan keadaan tersebut. Tetapi kita harus meneliti sumber yang menyebabkan hal itu bisa terjadi. Demikian juga dengan perkataan yang diucapkan oleh seseorang. Kita jangan langsung mempersalahkan lidah. Mustahil lidah bisa mengutuk dan pada saat yang bersamaan memberkati. Jika terjadi ketidakkonsistenan dalam lidah seperti ini, maka pasti ada sesuatu yang tidak beres dengan sumbernya. Karena lidah hanya alatnya. Sumber tersebut adalah hati.
Karena itu kalau kita ingin mengendalikan lidah kita, jadikanlah Yesus sebagai Tuhan dalam hati kita, maka Ia juga akan menjadi Tuhan atas lidah kita.
Bertobat
“Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti kehendaknya. Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran. Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia.
Langkah kedua ini adalah langkah yang terpenting. Kita yang memiliki penyakit seperti ini harus bertobat. Firman Tuhan berkata bahwa jangan membiarkan tubuh kita - termasuk di dalamnya lidah – untuk menjadi senjata kelaliman. Dosa telah dikalahkan, dan sebagi orang percaya kita harus terus menerus berusaha untuk menentangnya untuk berkuasa kembali. Karena dosa berusaha memerintah terutama melalui keinginan-keinginan tubuh, maka keinginan ini harus dilawan dengan iman kepada Kristus. Kita dapat melakukan hal itu dengan menyangkal keinginan jahat tubuh kita, menolak untuk menyerahkan anggota tubuh kepada dosa, dan mempersembahkan tubuh dan seluruh kepribadian kita sebagai hamba kepada Allah dan kebenaran.
Yohanes pembaptis yang memiliki peran sebagai pembuka jalan bagi Tuhan Yesus Kristus, memulai pelayanannya dengan memberitakan tentang pertobatan. Panggilan untuk bertobat ini merupakan suatu seruan yang sangat penting bagi semua manusia yang sudah jatuh kedalam dosa. Karena tidak ada seorang pun yang menolak untuk bertobat dapat masuk kedalam kerajaan Allah.
Banyak orang percaya yang salah mengartikan mengenai pertobatan. Pertobatan sering diartikan sebagai tindakan penyesalan dan rasa bersalah terhadap dosa semata-mata. Memang rasa penyesalan terhadap dosa merupakan bagian dalam pertobatan tapi itu bukanlah arti yang sebenarnya dari pertobatan. Menurut W. Stanley Heath, pertobatan berarti kita menyesali sesuatu dan mengambil keputusan untuk tidak melakukannya lagi, karena tahu bahwa hal itu buruk. Dari sudut lain pertobatan berarti mengenali diri sebagai orang berdosa yang layak dijatuhi hukuman Allah atau dimurkai Allah.
Pertobatan merupakan sikap serta tindakan yang harus diulangi sepanjang hidup orang Kristen. Dengan kata lain, orang Kristen terpanggil pada pertobatan yang berlangsung sepanjang hidupnya, yaitu berpaling dari dosa setiap kali ia menjadi sadar sudah berbuat dosa.
Menurut Bruce Milne, “sikap pertobatan atau perasaan hancur dihadapan Allah, kematian setiap hari terhadap diri sendiri dan dosa, merupakan tanda keakraban dengan Allah dan kedewasaan sejati”. Namun pertobatan yang berlangsung sepanjang hidup ini, haruslah dibedakan dengan pertobatan yang utama, yang dilakukan oleh orang berdosa, sekali pada awal hidup yang baru ketika orang tersebut mulai membelakangi hidupnya yang lama dan menghadapkan hidupnya kepada sesuatu yang baru. Pertobatan merupakan syarat untuk keselamatan, namun orang percaya tidak akan pernah mampu untuk melakukan pertobatan secara sempurna dalam hidup ini. Terbukti bahwa setiap hari orang percaya harus memohon pengampunan dari Tuhan bukan hanya untuk dosa-dosanya, tetapi juga untuk ketidaksempurnaan pertobatannya.
Sebagai orang percaya, kita harus jujur dan terbuka dihadapan Tuhan. Kita tidak boleh menutupi setiap kesalahan yang telah kita perbuat melawan kehendak Tuhan. Langkah awal dari pertobatan adalah mengakui setiap pelanggaran dan dosa kita dihadapan Tuhan. “jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” I Yohanes 1:9.
Jika kita menghendaki kesembuhan dari penyakit yang telah disebabkan oleh lidah kita, maka mulai saat ini kita harus mengakui semuanya dihadapan Tuhan. Kita harus mengakui dosa kita dan memohon pengampunan dan penyucian dari Allah. Dua hal yang dihasilkan olehnya adalah:
(1) pengampunan dosa dan pendamaian dengan Allah, dan
(2) penyucian dari (penghapusan) kesalahan dan pembinasaan kuasa dosa supaya kita dapat hidup kudus.
“Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: "Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku," dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. Sela” Mazmur 32:5
Daud tidak menutupi pelanggarannya dihadapan Tuhan. Ia jujur dan terbuka mengakui semua yang dilakukannya kepada Tuhan. Daud meyakini bahwa Tuhan akan mengampuni kesalahannya ketia ia mau jujur dan mengakui semua kesalahannya di hadapan Tuhan. Daud menyadari bahwa apabila ia bersikap jujur, Tuhan akan tergerak untuk membantu atau menghapuskan pelanggarannya. Selama kita mencari-cari alasan, menutup-nutupi kesalahan dan pelanggaran, Tuhan tidak akan berbuat apa-apa bagi kita. Mengakui dan memberitahukan dosa dengan hati yang tulus, sungguh-sungguh, dan bertobat akan senantiasa menghasilkan pengampunan Allah dan penghapusan kesalahan.
Pengakuan jujur dihadapan Tuhan sangat diperlukan supaya terjadi kesucian hati. Kita telah mengetahui dalam bagian sebelumnya bahwa keadaan hati seseorang menentukan apa yang akan diucapkan oleh seseorang. Hati yang telah disucikan tidak mungkin lagi mengeluarkan kata-kata yang akan menyakiti orang lain atau kata-kata yang tidak berkenan kepada Tuhan.
Mengenai hal ini, Derek Prince memberikan saran, “Pertama-tama, apabila Anda datang kepada terang itu, mengaku dosa dan membawa permasalahan Anda kepada Tuhan, maka Tuhan setia dan adil dan Ia akan mengampuni dosa Anda. Pada waktu itu juga, segala tuduhan atas masa lampau Anda dicabut dan segala sesuatu yang pernah Anda ucapkan dan menyesalinya telah dihapuskan. Kedua, Allah akan menyucikan hati Anda, dengan demikian, selanjutnya hati Anda akan bersih dan suci, sehingga hal-hal bersih dan suci akan keluar dari mulut Anda. Apabila hati Anda memuliakan Tuhan, maka lidah Anda akan memuliakan Tuhan juga. Tuhan akan membereskan permasalahan lidah dan bibir Anda dengan mengubah hati Anda.
Mulai saat ini kita harus menolak untuk menyerahkan angota tubuh kita untuk menjadi senajata kelaliman. Apalagi lidah kita yang paling banyak menimbulkan petaka dalam kehidupan kita. Kita harus menyerahkan semua anggota tubuh kita kepada Tuhan untuk menjadi senjata kebenaran. Firman Tuhan berkata, “Tetapi tidak seorang pun berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai , dan penuh racun yang mematikan”. Yakobus 3:8.
Ini berarti hanya Tuhan yang bisa menjinakkan lidah kita yang buas tersebut. Datanglah kepada Tuhan, serahkan anggota tubuh ini dan meminta ia menguasainya. Karena kita tidak mampu menguasai dan mengendalikan lidah kita sendiri. Kita harus terus berjaga-jaga dan berdoa kepada Tuhan seperti Daud, “Awasilah mulutku, ya, Tuhan, berjagalah pada pintu bibirku.” Mazmur 141:3. Dengan demikian, kita akan lebih berhati-hati menggunakan mulut atau lidah kita dan kita tidak akan lagi menyakiti orang lain terutama mendukakan hati Allah. Penfitnah dan penggosip bukanlah gaya hidup orang percaya. Tetapi gaya hidup orang fasik. (Amsal 16:27-28).
Bertobatlah dan tinggalkan semua kebiasaan buruk ini dan berhentilah menyakiti orang lain.
2. Pribadi Yang Telah Disakiti.
Pribadi yang telah disakiti adalah korban dari kebuasan lidah seseorang, sehingga mereka juga perlu ditolong atau disembuhkan dari penyakit tersebut.
Jika saat ini Anda adalah orangnya, yang menjadi korban gosip atau fitnahan, saya akan memberikan beberapa saran yang saya percaya bisa menolong dan menyembuhkan Anda. Pertama, segera mengklarifikasi (mencari penjelasan) dari sumber yang bersangkutan dan tanyakan kebenaranya. Kita harus menjelaskan kepada orang tersebut bahwa anggapan orang tentang dirinya adalah tidak benar. Dan tidak dapat dipertanggungjawabkan. Selanjutnya kita juga harus membuktikan dengan perilaku atau kehidupan kita sehari-hari bahwa sungguh pandangan orang tentang diri kita benar-benar keliru, sehingga orang-orang yang menggosipkan atau menfitnah kita akan malu dengan sendirinya.
Kedua, Jika ternyata apa yang dikatakan atau digosipin tentang Anda adalah benar, Anda tidak boleh terpancing emosi untuk membalas dendam. Apalagi mau memukul orang yang menggosipin kamu. Ini bukan sikap hidup seorang anak Tuhan. Kita harus menganggap ini sebagai sesuatu yang dijinkan Tuhan untuk mengubah kebiasaan dan kehidupan kita. Anggap saja ini sebagai kritikan buat kita walaupun dengan cara yang salah. Jika Anda memang telah melakukan kesalahan seperti yang dikatakan orang lain, maka segeralah mengakuinya dihadapan Tuhan dan meminta Ia mengampuni apa yang telah Anda lakukan. Tetapi kita juga harus mau mengampuni orang lain walaupun mereka telah menyakiti kita.
Inilah hal ketiga yang harus kita lakukan, yakni segeralah lepaskan pengampunan. Karena marah atau mendendam tidak ada gunanya, bahkan ketika kita mendendam berarti kita sama saja dengan orang tersebut. Saya percaya bahwa dengan mengampuni dan menyelesaikan masalah tersebut maka Anda akan merasa bebas dan bahagia. Saya pernah merasakan hal ini. Saya pernah menjadi korban gossip. Kecenderungan awal yang saya lakukan adalah marah dan berusaha untuk membalas bahkan tidak mau lagi berhubungan dengan orang-orang tersebut. Tetapi kehidupan saya bukan semakin baik, melainkan semakin buruk. Tidak ada sukacita, tidak ada kebahagiaan. Dan ketika saya ubah sikap saya, saya lepaskan pengampunan dan melupakan apa yang telah dilakukan orang lain terhadap saya, maka kehidupan saya berubah, penuh sukacita dan bahagia.
Jika kita tidak bisa mengampuni orang lain, kita harus meminta kemampuan dari Tuhan untuk bias melakukan hal ini. Saya percaya jika kita sungguh-sungguh mau mengampuni orang lain, Tuhan pasti akan memberi kemampuan karena ini adalah pekerjaan yang dikehendaki oleh Tuhan. Memang mengampuni bukan pekerjaan yang mudah. Tetapi bukan berarti tidak bisa. Kita tidak bisa melakukan ini dengan kekuatan kita sendiri tetapi hanya oleh kuasa dan kekuatan dari Roh Kudus.
Kepahitan hidup terkadang demikian dalam dan sangat menyakitkan, sehingga teramat sulit untuk mengampuni mereka yang menimbulkan kepahitan tersebut. Namun Yesus berkata bahwa kita tidak akan mengalami pengampunanNya bila kita tidak memiliki roh yang mengampuni.
Pengampunan adalah jalan untuk menuju suatu perdamaian. Tetapi banyak orang Kristen sulit menerima orang yang bersalah. Everett L. Warthington, Jr mengatakan, bahwa “salah satu sikap yang paling sulit dipertahankan oleh kebanyakan orang Kristen ialah sikap menerima. …Orang Kristen sering memandang orang yang kelakuannya yang tidak sesuai dengan kebenaran itu sebagai orang tidak berharga.
Memang sikap pengampunan itu sulit karena kecenderungan manusia itu adalah sikap untuk membalaskan dendam. Maka tidak heranlah, banyak terjadi perang antar keluarga, antar suku, antar kelompok yang diawali oleh karena konflik individu dan tidak diselesaikan dengan suatu perdamaian, karena tidak mau mengampuni.
Salah satu karakteristik dari orang percaya adalah mau mengampuni. David Augsburger mengatakan, bahwa “Pengampunan adalah cara yang dipakai Allah untuk memulihkan hubungan kita dengan Dia dan seharusnya itu juga merupakan cara kita untuk memulihkan hubungan dengan orang lain. Kita saling mengampuni seperti Allah di dalam Kristus sudah mengampuni kita.” Lepaskan pengampunan, maka Tuhan akan memberkati engkau dan pasti kehidupanmu akan senantiasa diwarnai dengan sukacita dan damai sejahtera.
Apakah Anda telah melakukan kesalahan? Sebagaimana Anda percaya bahwa Kristus mengampuni Anda, mintalah kepadaNya kemampuan untuk mengampuni orang lain.
Dengan pengampunan bisa memulihkan hubungan yang telah rusak. Sebaliknya, kebencian, pembalasan dendam, kepahitan akan menimbulkan permusuhan. Orang percaya harus menghindari permusuhan, kebencian, kepahitan dan dendam. Rasul Paulus memberikan perintah khusus tentang soal mengampuni ini.
Segala kepahitan (kebencian), kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu” (Ef. 4:31-32).
Karena itu sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemah lembutan dan kesabaran. Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain, apabila seorang menaruh dendam terhadap yang lain sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian dan diatas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan (Kol. 3:12-14).
Jelaslah bahwa dengan pengampunan ada suatu hubungan baru yang lebih kuat dari sebelumnya. Dengan pengampunan ada kedamaian, sukacita, dan kebahagiaan.
(Jika kita ingin melihat dampak ketika kita mau mengampuni, maka saya menyarankan Anda untuk membaca buku saya yang lain, yang berjudul, Rekonsiliasi. Saya membahas satu bagian tentang pengampunan).
Keempat atau yang terakhir, ingatlah baik-baik prinsip yang diajarkan oleh Tuhan Yesus, “Segala sesuatu yang kamu kehendaki orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka……(Matius 7:12).
Firman Tuhan ini bisa kita aplikasikan dalam kebiasaan kita untuk berkata-kata. Jika kita tidak mau digosipin atau difitnah orang lain, maka jangan sekali-kali menfitnah atau menggosipin orang lain. Jika kita tetap melakukan hal ini, maka kita tidak boleh marah ketika orang lain menggosipkan kita.
(Ferdy Manggaribet, MA)
0 komentar:
Posting Komentar