Orang Yang Percaya Kepada TUHAN Akan Melihat Kebaikan TUHAN Melalui Kejadian-Kejadian Yang TUHAN Ijinkan Terjadi. Jangan Pernah Menilai TUHAN Hanya Melalui Sepotong Kejadian, Tetapi Percayalah Bahwa DIA Selalu Bekerja Untuk Kebaikan Kita Melalui Banyak Perkara
Photobucket

GOSIP

“Janganlah engkau pergi kian kemari menyebarkan fitnah diantara orang-orang sebangsamu; janganlah engkau mengancam hidup sesamamu manusia”
Imamat 19:16


Berbicara tentang gosip, ternyata bukan hanya terjadi dan dilakukan oleh orang-orang di jaman modern ini. Pada jaman Musa pun hal ini telah terjadi. Sehingga Tuhan memerintahkan kepada umat Israel untuk senantiasa menjaga kekudusan. Dan salah satu bagian dari kekudusan ialah ketika kita tidak menyerbarkan fitnah kepada sesama manusia. Maksudnya adalah ketika kita tidak memperkatakan sesuatu yang tidak benar atau tanpa berdasarkan kebenaran. Dan itu akan dikategorikan fitnah ketika kita menyebarkan sesuatu yang tidak bedasarkan fakta tersebut dengan maksud menjelekkan orang lain (Menodai nama baik, merugikan kehormatan orang lain).

Fitnah adalah suatu perbuatan yang tidak terpuji. Fitnah lebih kejam daripada membunuh kata seorang penyanyi dangdut. Menurut saya ini ada benarnya. Sebab sebagian besar pembunuhan terjadi karena fitnah. Fitnah juga dapat diartikan sebagai tuduhan buruk terhadap seseorang atau sekelompok orang, padahal orang yang bersangkutan tidak melakukan apa-apa. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa
pemfitnah itu adalah orang yang melakukan dakwaan palsu. Daud mengatakan bahwa pemfitnah tidak dapat tinggal dalam Rumah Tuhan. “Tuhan siapakan yang boleh menumpang dalam kemahMu? Siapa yang boleh diam di gunungMu yang kudus? Yaitu dia yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya, yang tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya, yang tidak berbuat jahat terhadap temannya dan yang tidak menimpahkan cela kepada tetangganya” (Mazmur 15:1-3).

Fitnah bisa muncul karena beberapa hal seperti dengki, iri hati, cemburu, dan kebencian. Bagi korban fitnah, hal itu membuatnya sangat menderita. Seperti yang dialami oleh Daud (Mazmur 109:1-31) ketika ia mengalami fitnahan. Karena menderitanya, maka dalam doanya Daud meminta pembelaan Tuhan “Ya Allah pujianku, janganlah berdiam diri! Sebab mulut orang fasik dan mulut penipu ternganga terhadap aku, mereka berbicara terhadap aku dengan lidah dusta; dengan kata-kata kebencian mereka menyerang aku dan memerangi aku tanpa alasan.” (Ayat 1-3) “Tetapi Engkau, ya Allah, Tuhanku, bertindaklah kepadaku oleh karena namaMu, lepaskanlah aku oleh kasih setiaMu yang baik! Sebab sengsara dan miskin aku, dan hatiku terluka dalam diriku; aku menghilang seperti bayang-bayang pada waktu memanjang aku dikebutkan seperti belalang. Lututku melentuk oleh sebab berpuasa, dan badanku menjadi kurus, habis lemaknya.” (ayat 21-24).

Allah membenci pemfitnah. Mereka adalah bajingan dan penjahat dengan kebencian yang terpendam dalam hati, dan tipuan ada dalam bibirnya. Beberapa orang telah mengubah fitnahan menjadi suatu seni. Mereka tidak akan menggunakan pisau daging untuk membunuh. Mereka adalah pembunuh yang lebih licin dari itu. Mereka telah belajar memfitnah melalui bahasa tubuh, sekejap kedipan bahkan senyuman yang licik.

Jonathan Swift, yang paham benar tentang keburukan dari memfitnah, menggambarkan seorang pemfitnah sebagai seseorang yang dapat "menimbulkan pencemaran dalam satu kerutan dan meruntuhkan reputasi dengan satu kedipan." Robert Louis Stevenson menggaris-bawahi, "Kebohongan yang paling kejam seringkali disampaikan dalam sikap diam." Ketika seseorang diserang dalam suatu percakapan, para pendengar lainnya dapat terlibat dalam perbuatan itu hanya dengan satu anggukan.

Penulis Amsal menceritakan orang-orang dalam zamannya yang menggunakan bahasa tubuh mereka untuk menghancurkan orang lain. Mereka berkedip, bergerak atau mengangkat bahu untuk melakukan fitnahan, dan tetap merasa aman dengan semuanya itu. Bagaimanapun juga, sulit untuk dapat menyangkal satu gerakan atau untuk membuktikan kejahatan yang dilakukan dengan satu kedipan. Cara mereka sangatlah halus, tetapi mematikan seperti peluru yang menghujam jantung.

Saya meyakini jika hal ini menimpa Anda, pasti kondisi emosional Anda akan seperti Daud. Hanya saja ada pengalaman yang patut kita contoh dari kehidupan Daud. Saat menghadapi fitnahan, Daud tidak melawan orang yang menfitnah dirinya dengan kekuatan dan kekuasaan yang dimilikinya, melainkan membawa perkara itu dihadapan Allah. Tuhan Yesus juga pernah berkata bahwa orang yang berbahagia adalah orang yang mengalami fitnahan ketika mengikut Yesus “Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. (Matius 5:11).

Menurut kamus bahasa Indonesia Gosip artinya obrolan tentang orang-orang lain; cerita negarif tentang seseorang. Sedangkan orang-orang saat ini mengartikan gosip “semakin digossok semakin siiiiiip”. Hal ini mengindikasikan bahwa sangat “Asyik” ketika kita menceritakan orang lain.

Seseorang pernah berkata kepada saya, “jangan bergaul dengan orang yang bocor mulut”. Ini artinya bahwa orang tidak mau bergaul dengan orang yang bocor mulut. Orang seperti ini akan terus dijauhi orang. Dan Tuhan sendiri menganjurkan kita untuk tidak bergaul dengan orang yang bocor mulut. “Siapa mengumpat, membuka rahasia, sebab itu janganlah engkau bergaul dengan orang yang bocor mulut.” (Amsal 20:19). Karena mereka tidak dapat dipercaya dan berpotensi membuat masalah. Dengan kata lain, tidak ada orang yang akan berteman dengan orang seperti ini, kecuali mereka memiliki predikat yang sama. Karena orang seperti ini akan senang sekali ketika ada orang yang mau mendengarkan ocehan mereka. Dan biasanya orang yang mau mendengarkan ocehan mereka adalah orang yang sama predikatnya, yakni senang menceritakan kekurangan orang lain, walaupun apa yang mereka ceritakan belum terbukti benar. Mereka selalu menambahkan atau membumbuhi perkataan orang dengan hal lainnya yang tidak benar. Apapun yang dikatakan oleh orang yang “bocor mulut” akan dikatakan tidak baik sekalipun apa yang dikatakannya adalah benar seperti apa yang didengarkannya. Karena hal itu sebenarnya tidak perlu lagi diungkapkan kepada orang lain.

Dalam renungan Manna Surgawi (juni 2005) dikatakan, bahwa kadangkala secara tidak sadar, kita telah menjadi bagian dari orang-orang yang bocor mulut bahkan penyebar fitnah. Untuk itu, kita perlu waspada, kita harus segera berhenti berbicara ketika kita mulai berkata-kata:

“Eh..dengar nggak ceritanya? Kelewatan banget sih si …..”

“Eh… udah tahu belum ….. masak si ……..”

“Ini sih kata si …… saya sih percaya nggap percaya …. Tapi benar juga lho…”

“Wah….ini perlu didoakan…….. masak si ……. Seperti itu?

“Pernahkan kamu mendengar bahwa si …….. telah melakukan sesuatu yang tidak baik?

“Saya tahu si ……… bercerai karena menyeleweng!”

“Apakah kamu sudah mengetahui bahwa pendeta ini telah …… dengan si ……?

“Saya dengar dia suka merayu, … hati-hati dengan dia!”

Kita lihat akhir-akhir ini, dimana saja dan memang mungkin telah menjadi gaya hidup orang saat ini, yakni kerinduan untuk menceritakan orang lain. Bahkan tidak sedikit acara-acara dalam media Elektronik dan tulisan-tulisan dalam media massa yang selalu berbicara tentang orang lain. Karena memang inilah realitanya. Orang paling senang mendengarkan ketika seseorang mulai menceritakan tentang orang lain. Apalagi orang yang diceritakan adalah orang terkenal. Tiada hari yang terlewati tanpa gosip. Mungkin kita tidak menyadari bahwa gosip bisa saja menghancurkan: persahabatan, kerukunan keluarga, kasih antar saudara, kehidupan orang Kristen, hamba Tuhan, bahkan gereja.

Berbicara tentang gosip, mungkin kita bertanya-tanya “sampai dimana suatu obrolan itu dibilang gosip”? ada beberapa indikasi yang bisa jadi acuan atau petunjuk buat kita.

Pertama, Suatu obrolan akan dikategorikan gosip jika motivasi dari penyampaian “cerita” itu tidak jelas, apalagi kalau tujuannya hanya mau membongkar rahasia atau menjelekkan orang lain. Alkitab memberikan istilah mengenai hal ini, yakni mencampuri urusan orang lain. “Lagipula dengan keluar masuk rumah orang, mereka membiasakan diri bermalas-malas, dan bukan hanya bermalas-malas saja, tetapi juga meleter dan mencampuri soal orang lain dan mengatakan hal-hal yang tidak pantas.” (I Timotius 5:13). Ketika kita sedang berbicara dengan orang lain dan sedang membicarakan orang lain yang tidak ada bersama-sama dengan kita, maka kita harus meneliti dengan benar apa yang sedang kita katakan dan apa tujuan kita mengatakannya. Jika ternyata maksud kita menceritakan orang lain tidak jelas; hanya supaya diketahui orang, dan dengan maksud yang jelek (menjelekkan orang lain), berarti kita sedang bergosip.

Tanpa disadari ketika kita sedang menceritakan orang lain kepada seseorang, kita sedang memperlihatkan kekurangan kita sendiri. Karena kita sedang memperlihatkan kepada orang tersebut bahwa suatu saat nanti dia juga akan diceritakan kepada orang lain ketika ia tidak ada bersama-sama dengan dia. Kita sedang membangun rasa ketidakpercayaan kepada orang lain. Dan pasti orang akan tidak mempercayai kita lagi.

Kedua, orang yang sedang kita bicarakan tidak ada. Dan ketika orang yang dibicarakan muncul, pembicaraan akan berubah. Biasanya “acara” bergosip itu dimulai dengan kata-kata yang pelan atau berbisik-bisik. “Eh … udah dengan nggak, kalau sih …., tapi jangan ngomong siapa-siapa ya? Begini ceritanya ………”. Jadi walaupun kita membuat nuansanya menjadi rohani, dengan memakai kata-kata rohani bahkan ditambah dan dibumbuhi dengan ayat-ayat Alkitab, tetapi dari cara kita membicarakan atau menyampaikannya, kita sudah bisa tahu dan merasakan sendiri, apakah itu gosip atau bukan.

Melalui kedua hal ini, maka saat ini ketika kita sedang kumpul bersama dalam satu persekutuan, kita bisa menilai sendiri obrolan atau pembicaraan kita selama ini, apakah kita lagi menggosip atau tidak. Apakah kita ada dalam kategori orang yang bocor mulut atau tidak. Anda sendiri yang bisa menjawabnya.

Derek Prince dalam bukunya “sehatkah Lidah Anda?” mengatakan, bahwa “pergi kian kemari menyebarkan fitnah, percakapan yang sia-sia, yang tidak benar, yang dilebih-lebihkan, dan yang berniat jahat, semuanya itu disebut gosip. Lebih lanjut ia menjelaskan, bahwa “Julukan untuk setan dalam perjanjian baru adalah Iblis yang dalam bahasa Yunani berarti penghujat, atau pemfitnah. Memang itulah arti yang sebenarnya dan gambaran yang utama tentang setan dalam Alkitab, yaitu sebagai pemfitnah. Berarti, jika Anda menyebarkan berita bohong atau gosip, sebenarnya Anda sedang bekerja untuk iblis. Artinya Anda menjadi utusan atau wakil iblis.

Sebagai orang percaya kita buka saja perlu berawas-awas dengan perkataan kita atau menyebarkan gosip, kita juga berkewajiban untuk menolak mendengarkan gosip. Kita harus ambil tindakan untuk tidak mendengarkan orang yang suka menggosip atau menjelek-jelekkan orang, supaya kita tidak akan jatuh dalam dosa yang sama. Ketika kita terpancing dan mulai meresponi cerita tersebut, maka dapat dipastikan kita akan ikut menceritakan orang lain. Kita harus menghindar sekalipun orang yang akan diceritakan adalah orang yang mungkin telah membuat kita kesal atau sakit hati. Apabila Anda tidak menolak untuk mendengarkan gosip, sebenarnya Anda ikut bersalah juga. Apa yang Anda lakukan itu seperti pekerjaan seorang penadah. Menurut hukum, seorang penadah yang menerima barang hasil curian sama berat dosanya dengan pencuri itu sendiri. Jadi apabila Anda bersedia menerima seorang pemfitnah dan mendengarkan fitnahannya, berarti Anda telah menjadi seorang pemfitnah juga. (Derek Prince).

FirmanTuhan berkata, “Perkataan pemfitnah, seperti sedap-sedapan yang masuk kelubuk hati” (Amsal 18:8). Kita harus berjaga-jagadan selalu berusaha untuk menolak “makanan sedap” gosip yang tersaji dihadapan kita. Karena sajian atau hidangan tersebut sesungguhnya adalah racun yang mematikan. Kenapa saya sebut racun yang mematikan karena itu bisa menentukan mati dan hidup kita. Rasanya mungkin “sedap” dan sangat enak untuk dinikmati, tetapi akan meracuni bahkan bisa membinasakan kita, apabila berita atau cerita-cerita yang tidak benar itu kita tetap biarkan terus ada dalam “memori” kita atau masuk kedalam hati kita, maka kehidupan kita pasti akan diracuninya. Dan kita pasti akan mendapatkan predikat orang yang bocor mulut dan akan dijauhi oleh semua orang.

Gosip adalah salah satu dosa lidah. Alkitab jelas sekali menunjukkan bahwa bergosip adalah perbuatan yang sangat bertentangan dengan firman Tuhan (I Timotius 5:13). Oleh karena itu, ketika kita memakai lidah untuk sesuatu yang tidak berkenan dihadapan Tuhan (bergosip) berarti kita sudah berdosa dengan lidah kita. Sama halnya upah dosa ialah maut begitu pula orang yang suka menebar gossip bakal menuai upahnya (Amsal 18:21). Upahnya adalah, orang mulai tidak percaya kepada kita, dimusuhi bahkan mungkin dikutuki oleh “korban” kita.

Alan Nelson dalam bukunya “My Own Worst Enemy” mengatakan, bahwa “gosip merupakan suatu cara untuk menarik perhatian. Orang-orang akan mendengarkan kita karena mereka cenderung bersifat petualang, namun jika kita tetap melanjutkan kegiatan bergosip, maka lambat laun kita akan menyadari kita telah menarik tipe orang yang salah.

Mereka yang tertarik oleh desas-desus dan kabar angin adalah mereka yang tidak mempunyai tujuan yang lebih baik untuk mengisi waktu. Dengan bergosip, kita memberitahu orang lain bahwa kita adalah orang yang tidak bisa dipercaya. Ketika kita membicarakan orang lain, secara diam-diam kita juga mengatakan kepada si pendengar bahwa jika suatu keadaan muncul, kita akan membicarakan mereka dengan orang lain juga. Walaupun kita merasa telah menarik pendengar, kita menciptakan suatu atmosfir penipuan dan ketidak percayaan bagi diri sendiri”.

Saya mengenal orang-orang yang senang sekali menceritakan keadaan orang lain. Ketika saya sedang berada dengan orang tersebut, dan mendengarkan ocehannya, langsung timbul dalam benak saya bahwa orang ini pun pasti akan menceritakan keberadaan saya kepada orang lain jika ada kesempatan. Itu sebabnya saya sangat berhati-hati dengan orang seperti ini. Bahkan seringkali saya lebih memilih untuk menjauhinya. Tidak sedikit hamba-hamba Tuhan yang memiliki predikat sebagai orang yang bocor mulut. Selalu menceritakan kejelekan orang lain. Dan yang paling parah adalah ketika mereka menceritakan orang lain, yang tidak lain adalah jemaatnya sendiri. Saya bisa membayang bagaimana jika saya yang sedang menjadi bahan pembicaraan orang-orang yang bocor mulut ini, pasti sangat menyakitkan. Orang seperti ini harus kembali mempelajari perkataan Tuhan Yesus “Apa yang tidak kita kehendaki orang perbuat kepada kita, jangan perbuat kepada orang lain”.

Gosip bisa menjadi biang dari pertengkaran. Dan gereja bisa berantakan hanya karena gosip. Karena ketika kita lagi membicarakan seseorang. Kita pasti cenderung akan membicarakan kejelekannya, entah itu karena iri hati, kecemburuan, dendam atau karena kita memang tidak suka kepada orang tersebut. Makanya tidak heran, kalau akhirnya dari acara bergosip, timbul pertengkaran karena orang yang kita ceritakan tidak menerimanya dan mulai mengamuk. Itulah buah dari gosip timbul pertengkaran dan hancurnya persekutuan.

Gosip juga adalah pekerjaan yang sia-sia saja atau suatu kegiatan yang hanya membuang waktu saja. Dan Alkitab berkata bahwa sebagai orang yang percaya, kita harus memanfaatkan waktu dengan baik. “Dan pergunakanlah waktu-waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.” (Efesus 5:16).

Gosip saya katakan pekerjaan yang membuang waktu percuma karena kita sedang mengerjakan sesuatu yang tidak ada faedahnya. Bahkan mengerjakan sesuatu yang bisa berdampak sangat buruk. Baik bagi orang lain maupun bagi diri kita sendiri. Itu sama saja dengan kita sudah menyia-nyiakan waktu yang Tuhan berikan kepada kita untuk melakukan hal-hal yang lebih berguna atau bermanfaat. Kita mungkin lupa bahwa apa yang kita sampaikan akan kita pertangunggjawabkan dihadapan Tuhan.

Mulai saat ini, lakukanlah sesuatu yang lebih bermanfaat dan yang terutama yang memuliakan Tuhan. Jika kita tidak mau membuang waktu, maka solusinya adalah Jangan bergosip.





(Ferdy Manggaribet, MA)


Kekasih TUHAN !!!
Jadilah Berkat, Dengan Membagikan Semua Artikel Ini
Kepada Teman-Teman Anda.
TUHAN YESUS Memberkati Kita Semua,
AMIN

0 komentar:

Posting Komentar

wibiya widget

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

ShareThis