Saya mengenal Tuhan Yesus sejak usia kanak-kanak, waktu itu sekolah minggu sudah bukan hal yang asing bagiku, bahkan masa remajaku pun saya isi dengan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pelayanan. Namun semua itu rupanya belum cukup menjadikan filter dalam kehidupan saya, terbukti sewaktu diperhadapkan kepada satu pilihan iman saya goyah. Saat menentukan pilihan pasangan hidup iman saya berpaling pada suami.
Semenjak menikah saya putus hubungan dengan Tuhan, tidak bersentuhan lagi dengan yang namanya pelayanan, tidak lagi mengenal doa dan tidak peka lagi terhadap suara Tuhan, hidup saya benar-benar menjauh dari Tuhan. Puluhan tahun saya “terlena” dengan kehidupan dunia yang kelihatan “nikmat” untuk saya jalani.
Tiga tahun yang lalu keluarga kami kembali ke daerah asal saya yang termasuk di wilayah Purwodadi dengan keadaan “yang kurang harmonis” karena sikap suami yang mulai berubah, suami seakan sudah tidak peduli kepada keluarga kami. 3 anak buah cinta kami ternyata belum meluluhkan hati suami untuk tetap menjaga keutuhan keluarga. Hari demi hari kami isi dengan pertentangan, percekcokan dan saling menyalahkan tanpa menghiraukan dan menghargai anak-anak yang sudah mulai menginjak remaja.
Dalam keremangan hidup kami tidak menentu, karena suami sering pergi dan jarang memberi nafkah, saya berusaha untuk tetap menjaga kelangsungan laju kehidupan keluarga maka saya bekerja seadanya demi menghidupi anak-anak kami.
Satu hal yang sangat-sangat membuat saya bersyukur karena ditengah-tengah keputus-asaan saya, ada secercah harapan yang selalu memberi semangat dan dorongan untuk berharap pada satu sumber yang sangat-sangat agung. Suara itu seakan mengingatkan kehidupan rohani saya dimasa lalu, belasan tahun kebelakang. Ya, suara-suara khotbah yang diperdengarkan di Radio Rhema melalui mezbah firman dan acara-acara yang dikumandangkan melalui radio rhema sedikit demi sedikit iman saya mulai bangun… bangun dan bangun… !
Sekarang saya mulai terpanggil untuk ke gereja lagi… Dengan hati yang remuk redam diiringi linangan air mata saya beranikan diri untuk menghadap Tuhan. “Tuhan ini aku anak-Mu, aku kembali datang kepadamu Tuhan.”
Saya boleh bersyukur karena Radio Rhema bisa menjadikan jembatan antara saya dan Tuhan Yesus, bukan hanya itu saja, sekarang satu dari tiga anak saya sudah ikut Tuhan Yesus juga dan sekarang rajin ke sekolah minggu.
Oleh : Ibu Lestantuning Ati
0 komentar:
Posting Komentar