Orang Yang Percaya Kepada TUHAN Akan Melihat Kebaikan TUHAN Melalui Kejadian-Kejadian Yang TUHAN Ijinkan Terjadi. Jangan Pernah Menilai TUHAN Hanya Melalui Sepotong Kejadian, Tetapi Percayalah Bahwa DIA Selalu Bekerja Untuk Kebaikan Kita Melalui Banyak Perkara
Photobucket

Mama Mengasihimu, Jennifer



Saat saya berusia 19 tahun, saya diperkosa dengan ancaman pisau belati di Hollywood, California. Saya merasa kotor, bekas terpakai dan semua kebanggaan saya terhampas begitu saja. Memang kehamilan akibat dari pemerkosaan hanya kurang dari 1%, tetapi saya termasuk satu di antara yang sedikit tersebut.

Pada mulanya untuk beberapa waktu lamanya saya menyangkal, namun sementara tubuh saya mengalami perubahan, saya sadar bahwa saya tidak dapat menutupi kenyataan tersebut lebih lama lagi - saya hamil. Saya pikir pasti ada jalan keluar yang terbaik!

Saya baru saja menjalani wawancara untuk pekerjaan sebagai pramugari. Tetapi lebih daripada resiko dalam karir saya, pikiran saya tidak tahan untuk menanggung bayi dari orang yang memperkosa saya. Saat saudara perempuan saya menyebut hal aborsi, hal itu terdengar seperti solusi yang sempurna. Aborsi masih belum disahkan pada waktu itu, tetapi saudara perempuan saya mengatur persiapannya.

Saya menemui seorang laki-laki di Griffith Park, yang membawa saya dengan mata tertutup kain ke sebuah kantor dokter. Tetapi ternyata dokter sebut tidak mau melakukan aborsi karena saya menderita infeksi kerongkongan yang sedemikian buruk, bila infeksi tersebut menyerang rahim, saya bisa mati. Maka ia menyuruh saya pulang dan menghadapi kenyataan bahwa saya hamil, dan entah bagaimana saya bisa menjalaninya.

Kemudian saya menemukan seorang dokter yang sangat peduli yang membantu saya melihat bahwa setiap kehidupan itu berharga. Saya mulai merasakan kasih dan menerima anak saya, terlebih saat saya merasakan bayi saya bergerak. Saya merasa sukacita karena kehidupan yang baru di dalam diri saya dan nyaris lupa asal mulanya.

Saat saya akhirnya memberitahukan orang tua, ayah saya terkejut mengetahui saya hamil, apalagi dari seorang pemerkosa. Dokter keluarga membawa ayah saya berkenalan dengan Planned Parenthood (Keluarga Berencana), tempat saya mendapat informasi bahwa aborsi adalah "satu-satunya solusi." Mereka tidak menawarkan alternatif lain. Saya mempercayai mereka bahwa mimpi buruk saya akan berlalu, dan saya dapat meneruskan kehidupan saya sesudah aborsi seolah-olah "tak pernah terjadi apa-apa."

Orang tua saya menghubungi District Attorney (D.A. yaitu Pengacara Daerah) untuk memberi kesaksian tentang pemerkosaan sehingga saya dapat memperoleh aborsi sah. Saat D.A. menyetujuinya, saya sudah hamil 22 minggu, dan telah memutuskan bahwa saya sungguh ingin mempertahankan bayi saya. Namun saya merasakan tekanan yang hebat dari semua pihak, terutama untuk menyenangkan orang tua saya, sehingga akhirnya saya mengalah.

Saya tidak akan pernah melupakan hari saat orang tua saya meninggalkan saya di rumah sakit. Saya merasa sendiri, kosong dan terlupakan. Saya ingin melarikan diri, lari, tetapi disana tidak ada tempat atau orang untuk saya tuju. Hati saya tercabik, saya tahu bayi saya akan mati dan saya memperbolehkannya, namun demikian saya begitu takut menyusahkan hati orang tua saya. Dokter menyuruh saya berbaring tenang saat ia menembakkan larutan garam ke dalam perut saya. Saya berbaring disana berharap untuk mati. Saya pergi ke tempat bersalin, dan berkhayal bahwa saya akan melahirkan bayi yang hidup. Tak seorangpun mengatakan persalinan macam apa yang akan saya jalani. Selama 18 jam saya meronta-ronta sendirian saat kontraksi berlangsung. Kemudian, hanya dengan bantuan seorang perawat yang masih muda yang berdiri di sebelah saya, saya melahirkan bayi perempuan saya yang mungil ke dalam sebuah bejana sorong. Ia sudah terbentuk seluruhnya sempurna, tetapi ia tidak bergerak dan tenang.

Saya terguncang saat saya melihat kepada apa yang orang katakan kepada saya hanyalah segumpal daging. Pada saat itu saya rasa-rasanya sedang menunggu untuk melihat dia mulai menangis, masih berharap dia hidup. Saya merasakan kekosongan yang tidak dapat diisi oleh apapun dan segera menyadari bahwa akibat aborsi terus berkelanjutan lama meskipun ingatan akan pemerkosaan telah berkurang. Untuk tiga tahun berikutnya saya mengalami depresi dan mimpi-mimpi buruk yang menakutkan. Saya bermimpi sedang melahirkan, tetapi kemudian orang-orang merampas bayi saya. Saya mendengar tangisannya dan memeriksa ke segala tempat, tetapi saya tidak berhasil menemukannya. Saya hanya mendengar tangisannya bergema di kejauhan.

Saya menguburkannya dalam-dalam dan mengeraskan hati saya atas derita tersebut. Berlawanan dengan apa yang dikatakan orang selama ini, aborsi adalah hal yang jauh lebih sulit untuk dihadapi daripada pemerkosaan itu sendiri. Pemerkosaan adalah suatu kejahatan yang mengandung kekerasan yang menimpa saya, seorang korban yang tak berdosa. Sedangkan aborsi adalah pembunuhan yang mengandung kekerasan terhadap anak saya, dan saya adalah salah seorang pelakunya.

Saya berusaha untuk menipu diri saya sendiri bahwa saya mempunyai alasan yang baik untuk melakukan aborsi, bagaimanapun juga, saya telah diperkosa. Akan tetapi kenyataan itu sangat melukai saya saat mengingatnya, maka saya berusaha mengubur kenyataan tersebut. Kemudian saya menikah dan memiliki dua orang anak laki-laki. Saat yang kecil berusia tiga bulan, suami saya dan saya menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat kami. Kesembuhan banyak terjadi di banyak segi kehidupan saya, tetapi derita aborsi yang pernah saya lakukan masih menghantui kehidupan saya. Saya belum mau mengakui bahwa peristiwa itu sah mempengaruhi kehidupan saya. Meskipun saya telah memutuskan tidak akan pernah melakukan aborsi lagi, namun saya tidak dapat menyangkal bahwa orang-orang lain akan memilihnya. Tiap kali aborsi tersebut diucapkan, dalam diri saya terasa sakit. Saya tidak ingin mendengarnya.

Beberapa tahun kemudian saya didiagnosa menderita kanker tengkuk dan membutuhkan hysterectomy - ini menghancurkan impian saya selamanya untuk memperoleh bayi perempuan. Akhirnya Tuhan mengangkat beban berat yang tertanam dalam hati saya yang terluka. Ia mengangkat kepermukaan segala luka, derita dan duka cita atas kematian putri saya. Saya merasa bersalah dan menyadari luka dalam yang terjadi, memerlukan kesembuhan. Pada mulanya saya marah, marah karena saya membiarkan diri saya mengaborsi, dan berpikir bahwa Tuhan sedang menghukum saya atas perbuatan tersebut. Sulit untuk menghadapi tanggung jawab saya sendiri dengan penuh keberanian.

Kenyataannya, sayalah yang memilih untuk menjalani aborsi. Kami sungguh menuai apa yang kami tabur. Namun saat saya mengakui dosa saya, Tuhan itu setia dan berkenan mengampuni dosa saya dan menjauhkannya sejauh timur dari
barat. Dia adalah Tuhan yang mengampuni, tetapi saya harus berjuang berat untuk dapat mengampuni diri sendiri. Beberapa tahun sebelum menderita kanker saya bermimpi mengadopsi anak perempuan bernama "Harapan". Allah mengingatkan saya akan mimpi ini setelah 'hysterectomy'. Saya percaya Dia sedang membuat janji dengan saya, yaitu janji atas seorang anak perempuan.

Lima tahun kemudian, sesuai janji Nya, "Harapan" datang ketengah keluarga kami saat ia berumur tiga minggu. Ia nyaris menjadi korban aborsi. Meski saya tidak pernah bertemu dengan ibu kandungnya, saya berdoa untuknya setiap hari. Ia memberikan kehidupan pada anak perempuan saya, hadiah yang paling berharga. Dan ibunya memberikan bayinya lebih daripada itu, harapan untuk medapatkan keluarga yang mengasihi yang tidak bisa diberikannya. Pada mulanya saya ingin "Harapan" menggantikan putri saya yang hilang, tetapi segera saya sadar bahwa tak ada seorang anak pun yang dapat digantikan.

Tuhan mulai menyingkapkan segi-segi lain yang membutuhkan kesembuhan akibat aborsi. Kerusakan yang terjadi jauh lebih parah daripada yang orang pahami. Secara fisik, tentu saja, seorang bayi direnggut dari kandungan ibunya. Namun secara emosional, saya yakin sudah ada ikatan batin antara si ibu dan anak, seakan-akan ada bagian yang terrenggut dari jiwa saudara sendiri. Bagian dari dirimu juga sudah mati.

Kesedihan adalah proses penting yang saya jalani untuk mendapat kesembuhan dari trauma aborsi saya. Saya percaya bagian dari proses kesedihan itu seumpama mengidentifikasikan kehidupan si bayi kecil tersebut sebagai seorang individu, seperti memberi nama bayi saudara tersebut. Saya tidak akan lupa detik-detik ketika putri saya yang tak bernyawa terbaring di dekat saya, tetapi melalui anugerah kesembuhan dari Yesus, saya tahu bahwa saat ini ia berada di surga bersama-Nya, di dalam gendongan-Nya. Namun saya masih melewati waktu-waktu ketika saya menangis untuk Jennifer mungil saya yang tidak pernah diperkenankan tertawa atau menangis atau mendengar ombak lautan atau memanjat pohon dan merasakan sinar mentari pada wajahnya atau tahu air mata atau perjuangan dan sukacita kehidupan. Akhirnya saya menulis sepucuk surat untuk putri saya.

Jennifer sayang,
Mama tahu saat kau Mama kandung, meski Mama berusaha keras untuk mengabaikannya. Oleh karena engkau adalah hasil dari pemerkosaan, Mama merasa begitu kesepian dan bingung.

Pada mulanya Mama hanya ingin membinasakanmu. Tetapi saat Mama mulai merasakan gerakan-gerakanmu di dalam tubuh Mama, Mama mendapati diri Mama mau menerima keberadaanmu.

Kamu berumur 22 minggu saat ijin untuk aborsi sah Mama diberikan, padahal Mama telah memutuskan untuk menerima dirimu. Mama mulai semakin mengasihi dirimu, tetapi dibawah tekanan dari orang-orang disekitar Mama, Mama langsung setuju dengan aborsi.

Untuk bertahun-tahun sesudahnya tangismu menggema dalam mimpi-mimpi yang
tiada akhir sampai akhirnya kesembuhan terjadi. Lalu Mama menamai dirimu dan
membiarkan diri Mama merataap atas kematianmu. Mama juga menjadi korban sebagai akibat dari mengambil keputusan berdasarkan beberapa potong informasi yang salah. Bagian dalam diri Mama mati bersamamu.

Saat kau dari surga memandang kebawah, Mama tahu kau mengampuni Mama seperti halnya Mama telah belajar mengampuni diri Mama sendiri. Sekarang ini Mama menekankan kepada orang lain untuk membantu mereka yang telah berbuat kesalahan dalam aborsi, dan juga menolong orang-orang lain untuk tidak berbuat kesalahan seperti yang telah Mama buat. Kesembuhan hanya dapat datang melalui kasih Yesus yang berkuasa.

Sampai kita bertemu lagi, Jenniferku, Mama mengasihimu.

Oleh: Jackie Bakker

Kisah di atas (Jackie Bakker) diambil dan diterjemahkan dari majalah American Against Abortion. Oleh Pelayanan Traktat Nafiri Allah Terakhir. PO BOX 1380 Surabaya 60013.

Sumber : Rumah Renungan
READ MORE - Mama Mengasihimu, Jennifer


Kekasih TUHAN !!!
Jadilah Berkat, Dengan Membagikan Semua Artikel Ini
Kepada Teman-Teman Anda.
TUHAN YESUS Memberkati Kita Semua,
AMIN

Tombol Merah



Cina adalah salah satu negara dimana di sana Tuhan sering memberi hak penganiayaan, namun tentunya juga keajaiban luar biasa sebagai pernyataan dari kuasa-Nya. Walaupun kekristenan di Barat telah menghabiskan banyak waktu untuk membuktikan bahwa Anda bisa mendapatkan salah satu dari hal itu tanpa harus mengalami pengalaman lainnya, namun hal tersebut sebenarnya merupakan kombinasi antara salib dengan kebangkita, penderitaan dengan kemuliaan Tuhan yang akan memiliki dampak paling lama di negara itu.

Paul dan Joy Hattaway dari Asia Harvest menceritakan pengalaman ini :

Ketika gelombang penganiayaan melanda seluruh Cina pada tahun 1950-an, pastor Li juga ditangkap di daerah selatan propinsi Guangdong. Dia dituduh melakukan "kegiatan-kegiatan kontra revolusioner" dan dihukum dengan menjalani kerja paksa di sebuah pertambangan biji besi yang terletak di daerah ujung timur laut Cina. Istri Li dan 5 anaknya, termasuk si bungsu yang masih bayi, tidak punya lagi penopang keluarga. Akhirnya mereka memutuskan untuk bergabung dengan pastor Li dengan menempuh perjalanan sejauh 2000 mil ke Heilongjiang demi memungkinkan mereka dapat lebih dekat seandainya suatu saat terjadi keajaiban, yaitu pastor Li dibebaskan.

Keluarga itupun menjual semua yang mereka miliki dan membeli tiket untuk perjalanan naik kereta api selama seminggu. Ketika telah sampai, mereka menggunakan papan kayu tua dan selembar kain terpal untuk membuat sebuah gubuk reot di jalan dekat kamp pekerja itu.

Pastor Li menjalani kerja paksa itu selama 14 jam setiap harinya, dengan makanan yang tak layak, dalam temperatur udara yang mendekati titik beku. Beliau pun meninggal 3 bulan kemudian. Ketika keluarganya mendengar berita duka itu, mereka pun merasa sangat terpukul dan putus asa. Istri Li tak mampu lagi melihat adanya masa depan bagi mereka, dan ingin mengakhiri hidupnya. Anak-anaknya menjadi terabaikan.

Akhirnya, ia berkata pada anak-anak itu bahwa ia akan pergi untuk mencari kerja. Si sulung berkata, "Jangan, bu, ibu tidak boleh pergi bekerja. Adik yang masih bayi membutuhkan ibu. Dia selalu menangis mencari ibu sepanjang hari. Saya saja yang bekerja." Gadis berusia 12 tahun itu pun pergi menghadap kepala kamp pekerja itu dan berkata kepadanya, "Ayah saya telah dikirim ke tempat yang tidak mengenal Tuhan ini karena dia mengasihi Yesus Kristus. Itulah satu-satunya pelanggaran yang dia lakukan. Ayah adalah orang baik, yang mengasihi orang lain dan membantu mereka. Sekarang ayah telah tiada, dan kami disini tidak mempunyai makanan, uang dan tempat tinggal. Kami bahkan tak bisa kembali lagi ke selatan. Saya ingin tahu kalau saja ada pekerjaan yang dapat saya lakukan di kamp ini."

Kepala kamp itu masih ingat dengan pastor Li, dan tahu bahwa gadis kecil itu adalah putrinya Li. Di dalam hatinya terbersit rasa kasihan, dan ia pun berkata, "Aku punya pekerjaan untukmu, tapi membosankan, dan bayarannya rendah."

Gadis itu tanpa ragu-ragu segera mengambil pekerjaan itu. KEpala kamp membawanya ke lokasi dimana 3000 pekerja paksa itu menambang biji besi. Ia berkata padanya, "Kamu lihat tombol merah itu? Tugasmu adalah berdiri di dekat tombol itu sepanjang hari, dan jika ada yang menyuruhmu memencetnya, kamu harus segera melakukannya. Itu adalah tombol alarm untuk membunyikan tanda peringatan berbunyi, para pekerja harus segera keluar secepatnya. Kamu tidak boleh memencet tombol itu sembarangan, harus hanya ketika ada yang menyuruhmu."

Dan si sulung kecil dari keluarga Li itu pun berdiri di sebelah pohon tombol itu sepanjang hari demi hari, minggu demi minggu. Ketika menerima upah pertamanya, kegembiraan luar biasa segera meliputi dirinya dan seluruh keluarganya meski besarnya hanya beberapa dolar saja.

Di suatu siang, mendadak dia mendengar suara, "Pencet tombolnya!". Dia melihat dan berputar ke sekelilingnya, mencoba mencari tahu suara siapakah itu, namun tak seorangpun kelihatan. Tak lama kemudian, terdengar sekali lagi suara, "Cepat! Pencet tombolnya sekarang!". Masih tak ada seorang pun yang kelihatan, dan dia mulai tombol peringatan ketika ada sesuatu yang gawat, dan saat ini, semuanya kelihatan baik-baik saja.

Beberapa detik kemudian, kembali sebuah suara terdengar, kali ini dengan nada yang sangat mendesak, "Li kecil, pencet tombolnya sekarang!" Kali ini dia segera menyadari bahwa itu adalah suara Tuhan-nya yang berkata padanya. Dia tidak mengerti alasan kenapa dia harus memencet tombol itu, tapi dia tahu bahwa dia harus menuruti-Nya.

Alarm pun dibunyikan, dan 3000 orang segera naik ke permukaan secepatnya, dengan bingung dan penasaran apa yang telah terjadi. Kepada kamp juga berlari keluar dari kantornya, ingin tahu kenapa gadis kecil itu memencet tombol merah. Hanya berselang beberapa saat setelah pekerja terakhir meninggalkan lokasi pertambangan, sebuah gempa bumi hebat mengguncang tempat itu. Seluruh area pertambangan itu runtuh dan tak ada seorang pun yang mampu membangunnya kembali sampai saat ini.

Suatu keheningan yang mencekam segera meliputi tempat itu saat guncangan gempa bumi itu berakhir, semua orang memandangi sosok kecil dan ringkih yang telah menekan tombol merah itu. Akhirnya, suara kepala kamp segera memecah keheningan, "Kawan Li, bagaimana Anda tahu kalau harus menekan tombol merah itu?"

Li kecil menjawab sekeras-kerasnya, "Tuhan Yesus Kristus-lah yang menyuruh saya untuk memencet tombol merah itu. Ia menyuruh saya tiga kali sebelum saya melakukannya. Yesus Kristus adalah satu-satunya jalan bagi kita untuk mengenal Allah yang hidup dan yang sejati. Dia mencintai kalian semua dan Dia baru saja menunjukkan kasih-Nya dengan menyelamatkan kalian semua. Kalian harus berbalik dari dosa-dosa kalian dan memberikan hidup kalian pada-Nya!"

Sekitar 3000 pekerja dan kepala kamp segera berlutut dan berdoa supaya Yesus mengampuni mereka dan mau hidup dalam hati mereka semua.

Sumber : rumah renungan
READ MORE - Tombol Merah


Kekasih TUHAN !!!
Jadilah Berkat, Dengan Membagikan Semua Artikel Ini
Kepada Teman-Teman Anda.
TUHAN YESUS Memberkati Kita Semua,
AMIN

Ternyata Tuhan Suka Bercanda



Sosok Didik Nini Thowok adalah sosok yang lekat dengan tarian humoris.

Membawakan karakter perempuan dan gerak-gerak tarian yang " diplesetkan"

Didik selalu berhasil membuat penontonnya tertawa terpingkal-pingkal.

Setelah puluhan tahun belajar seni tari dari berbagai daerah, antara lain Jawa, Sunda, Bali, dan Jepang, kini Didik berhasil memadukan semua gaya itu menjadi tarian dengan gayanya sendiri yang khas dan humoris. Dengan kemampuannya itu Didik meraih sukses sebagai penari yang melintas batas budaya dan negara.

Penampilannya yang selalu mengundang kegembiraan itu tidak hanya dapat dinikmati di atas panggung tapi juga dalam hidup kesehariannya. Tawa renyah yang selalu dihadirkannya seolah membuat orang tidak percaya bahwa iapun pernah menderita. Padahal sebenarnya kehidupan lelaki kelahiran Temanggung, 13 November 1954 itu tidak tergolong berkelimpahan.

Terlahir sebagai Kwee Tjoen Lian yang kemudian diganti menjadi Kwee Yoe An karena sakit-sakitan, ia sulung dari lima bersaudara pasangan Kwee Yoe Tiang dan Suminah. Keluarga besarnya hidup pas-pasan. Ayahnya pedagang kulit sapi dan kambing yang bangkrut dan kemudian menjadi supir truk. Ibunya membuka warung kelontong kecil-kecilan. Begitu seret rejeki keluarga ini sampai-sampai Didik kecil harus ikut bekerja membantu orang tuanya.

Meski dari segi materi tumbuh dalam keluarga yang berkekurangan tetapi Didik kecil selalu berkelimpahan dengan kasih sayang. Dalam kesempitan materi, ia menikmati masa kecilnya dengan bekerja, belajar, dan menonton berbagai kesenian, ketoprak, ludruk, dan wayang yang akhirnya mengasah rasa seninya.

Di masa itu, Didik bukan hanya belajar bekerja keras tapi juga belajar bersabar. Sejak kecil ia memang suka membawakan tarian yang lemah gemulai seperti perempuan, karena itu ia diejek oleh orang-orang sekitarnya, " Kamu ini anak laki-laki apaan sih? Kok menarinya seperti perempuan?". Setiap kali diejek, ia menjadi sangat sedih. Ia hanya bisa diam, tidak membalas dan tidak mengadu pada orang tuanya. Ia hanya berdoa sambil menangis, " Tuhan, aku marah tapi aku tidak akan membalasnya. Aku yakin Kamulah yang akan membalaskannya untukku." Setelah itu, iapun menjadi lega dan malah lebih semangat berlatih menari. Baru bertahun-tahun kemudian doanya itu terjawab.

Dari pengalaman hidup, perlahan-lahan iapun memahami bahwa semua hal yang membuatnya sedih, kemiskinan, dan penghinaan hanyalah cara Tuhan mengajaknya bercanda. Ia menjadi yakin Tuhan tidak akan membuatnya sengsara sehingga ia lebih tenang dan pasrah menghadapi berbagai persoalan. Pemahamannya ini merupakan buah pengasuhan orang tua dan kakek neneknya yang cukup disiplin. Pendidikan dan kasih sayang mereka menjadikannya pribadi yang setia dalam doa, tegar, suka bekerja keras, dan berperasaan halus.

Semasa kuliah di ASTI ( Akademi Seni Tari Indonesia ), ketika Didik mulai mendapat honor dari pertunjukan dan melatih menari, ia ingin sekali membeli sepeda motor supaya tidak kelelahan mengayuh sepedanya kesana kemari . Sejak itu ia betul-betul berhemat. Setelah uangnya terkumpul Rp 200.000, ia sangat gembira, motor yang diidamkan terbayang di depan mata. Tiba-tiba ia teringat ibunya. Bergegas ia pulang ke Temanggung dan mendapati perut ibunya membesar karena kanker. Dengan uang Rp 200.000 itu, ia segera membawa ibunya keYogyakarta untuk dioperasi. Operasi itu berhasil baik dan ibunyapun sehat kembali. Didik sangat bahagia, tak secuilpun rasa kecewa menghinggapinya karena belum bisa mendapatkan sepeda motor. Bagi dia kesehatan dan kebahagiaan ibunya diatas segala harta yang bisa ia punya. Ia memahami, saat itu Tuhan memang hanya mencandainya karena selang beberapa tahun, Didik bukan hanya bisa membeli sepeda motor tapi bahkan mobil dan rumah.

Sedari kecil dengan berbagai cara Didik belajar bersyukur dan berdoa. Ia suka ikut kakeknya yang beragama Konghucu berdoa di kelenteng dan neneknya yang Kristen ke gereja. Kini ia adalah pengikut Kristen Protestan yang taat. Ia mengakui bahwa ia adalah laki-laki yang cengeng (mudah menangis) setiap kali berdoa. Sebenarnya ia ingin sekali rajin ke gereja tapi kesibukan yang sangat padat membuatnya sering tidak punya kesempatan untuk melaksanakannya setiap minggu. Untuk itu setiap ada kesempatan ia mengundang pendeta untuk mengadakan persekutuan doa di rumahnya. Dalam persekutuan doa itulah ia selalu terharu dan menangis saat memberi kesaksian akan kebesaran Tuhan yang telah ia alami.

Salah satu kesaksiannya adalah tentang rahasia kesuksesannya. Dengan mantap ia mengatakan " Ora et Labora ", dalam segala kesibukan saya selalu berdoa, dimanapun. Setiap kali akan manggung, saya selalu menyediakan waktu untuk berkonsentrasi, kemudian berdoa Syahadat Para Rasul, Bapa Kami dan Salam Maria dari buku doa pemberian Suster Leonie, kakak angkat saya. Tak lupa saya juga selalu mohon restu pada semua guru-guru tari saya yang telah almarhum.

Selama bertahun-tahun Didik sungguh-sungguh merasakan bahwa doa adalah kekuatan di balik semua kesuksesannya. Keyakinan ini membuatnya tidak berani sombong." Saya mengakui, ketika menari seolah-olah ada kekuatan di luar diri yang ikut menggerakkan dan menghiasi tubuh saya. Saya yakin, kekuatan saya sendiri tidak akan mampu menyelenggarakannya tetapi kekuatan itulah yang menjadikan tarian yang saya bawakan terlihat begitu indah dan memberi kegembiraan bagi banyak orang".

Menurut pengakuannya sudah ada banyak orang yang mengamini hal itu. Mereka bilang, ketika menonton Didik menari, mereka melihat pancaran aura yang sama sekali lain dari kesehariannya. Misalnya, dalam suatu pertunjukan seorang ibu melihat ada burung merpati mengelilingi Didik menari. Setelah pertunjukan rampung, ia langsung menelepon Didik menyatakan kekagumannya, " Proficiat, Mas! Tarianmu benar-benar indah, apalagi ada burung merpatinya ". Kaget juga Didik menerima komentar itu karena sebenarnya ia sama sekali tidak menggunakan burung merpati dalam tariannya itu.

Dalam suatu perjalanan ke luar negeri, tas Didik yang berisi passport, uang, kamera, dan dokumen berharga lainnya ketinggalan di kereta api. Menurut staf KBRI yang dilaporinya tidak ada harapan tas akan kembali. Tentu saja Didik shock, tidak bisa makan dan tidur, tapi selang 2 hari setelah kejadian ia ditelepon oleh staf KBRI bahwa tasnya telah ditemukan. Ajaib juga, setelah diperiksa semua isinya utuh, ini pasti karena buku doa kumal pemberian Suster Leonie ada di dalamnya, Didik hanya bisa tertawa bahagia. Lagi-lagi Tuhan mengajaknya bercanda.

Dalam hidup Didik, ada begitu banyak mukjizat yang telah dibuat Tuhan. Dulu Didik masih berdebar-debar dan menangis sedih setiap kali menghadapi persoalan, tapi kini ia benar-benar tenang dan pasrah. Bagi Didik, Tuhan sering kali memberinya hadiah-hadiah yang tak terduga dan membuatnya bahagia. Pernah pada suatu tur kebudayaan di Eropa, karena perubahan jadwal yang tak terduga, ia tiba-tiba punya kesempatan berziarah ke Vatikan dan berdoa di Gereja St. Petrus dengan khusyuk, ia juga sempat ke Gunung Monserrat untuk mengunjungi Patung Bunda Maria Hitam.

Itulah Didik Nini Thowok yang kesuksesannya tak bisa dilepaskan dari ketekunannya berdoa. Semakin ia berdoa, semakin ia meyakini bahwa Tuhanlah satu-satunya kekuatan dalam hidupnya. Dengan demikian, ia tetap tidak sombong. Didik tetap hidup dengan sederhana di rumahnya yang sederhana di Jl. Jatimulyo, Yogyakarta, di pinggir sungai yang ditinggalinya sejak tahun 1980-an.

Kini, setelah semua cita-cita masa kecilnya terwujud, ia hanya ingin bersyukur dan bersyukur. Untuk itu ia berbagi kebahagiaan dengan mendirikan yayasan yang menyantuni biaya pendidikan 60 anak. Dan di usianya yang ke-50, kebahagiaannya semakin lengkap ketika ia boleh mengasuh seorang bayi laki-laki yang ia beri nama Aditya Awaras Hadiprayitno, setelah menantikan selama bertahun-tahun.

Menjadi saksi kebesaran Tuhan atas dirinya, ia hanya bisa berkata, " Saya percaya, kesuksesan dan kebahagiaan saya adalah jawaban Tuhan atas semua doa-doa saya. Bahkan sekarang tidak ada lagi yang bisa menghina saya karena menarikan tarian perempuan. Ya, Tuhan memang selalu menguji saya sampai batas waktu terakhir, sampai-sampai, setiap kali saya berdoa, saya tidak tahu lagi apakah saya harus menangis atau tertawa. Memang, Tuhan itu suka bercanda."

Sumber: Rumah Renungan
READ MORE - Ternyata Tuhan Suka Bercanda


Kekasih TUHAN !!!
Jadilah Berkat, Dengan Membagikan Semua Artikel Ini
Kepada Teman-Teman Anda.
TUHAN YESUS Memberkati Kita Semua,
AMIN

Bersama Tuhan Lebih Enak



Pada usia empat tahun anak laki-laki sulung saya, Nathan, tidak dapat berbicara. Ada sekitar enam dokter spesialis THT yang menyatakan bahwa dia mengalami telat berbicara. Lalu saya bawa dia berobat ke Jakarta. Setelah dua minggu menjalani pemeriksaan, anak saya dinyatakan cacat permanen dan tidak ada obat atau terapi untuk membuatnya dapat berbicara. Karena tidak puas dengan semuanya, maka saya bawa dia berobat ke Australia, dan di sana juga dokter menyatakan bahwa anak saya cacat permanen karena terkena virus anjing.

Tetapi saya ingat bahwa Tuhan yang kita sembah adalah Allah yang hidup. Saya cuma kembalikan sepenuhnya anak saya kepada Tuhan dan berharap untuk mendapatkan suatu mukjizat. Sejak saat itu saya selalu berusaha ikut berbagai KKR agar anak saya bisa mengalami kesembuhan ilahi. Dimana ada KKR, di sana pasti ada anak saya, Nathan. Tetapi mukjizat belum juga terjadi. Rupanya Tuhan mempunyai rencana yang lain bagi anak saya.

Pada suatu hari Tuhan menjawab pergumulan saya. Dia berkata, ”Kalau rohanimu bertumbuh 5% saja, maka anakmu juga akan sembuh 5%, demikianlah seterusnya.” Ketika Tuhan berbicara tentang pertumbuhan rohani, saya bingung karena pada waktu itu saya sudah melayani Tuhan. Tetapi ternyata di hadapan Tuhan saya ini nol karena hati dan perbuatan saya tidak sesuai dengan firman Tuhan. Setelah saya mengerti, saya mulai melangkah dan memperbaiki hidup saya. Yang dulunya saya suka menonton blue film, menipu, berbuat jahat kepada orang lain dan banyak lagi segi kehidupan saya yang kotor, semuanya itu saya buang.

Mukjizat terjadi pada saat anak saya berusia tujuh tahun. Dia mulai bisa berbicara. Saat dia memanggil saya, ”Papa!”, itu bukan kebahagiaan yang biasa saja, tetapi amat sangat luar biasa karena saya melihat dengan sungguh-sungguh bahwa itu adalah mukjizat dari Tuhan. Menurut perhitungan dan pengetahuan dokter anak saya tidak akan dapat dan tidak akan pernah dapat berbicara. Tetapi bukan demikian kata Tuhan. Karena Tuhan semakin menunjukkan kuasa-Nya saya semakin memperbaiki hidup saya dengan sungguh-sungguh. Dan puji Tuhan, karena karakter saya menjadi semakin baik dan semakin baik, maka anak saya menjadi semakin sembuh.

Pada saat dia lulus dari Sekolah Luar Biasa (SLB), saya kemudian menyekolahkan Nathan di sekolah normal. Dia mengalami kesulitan karena pelajaran di sekolah normal jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di SLB. Setiap kali menghadapi ulangan harian, dia kedodoran. Bisa mendapatkan nilai 3 saja kami sudah sangat bangga. Tetapi pada suatu ketika saat dia mau menghadapi ulangan umum dia menanyakan apa yang harus dia lakukan dan saya bilang, ”Tuhan Yesus pasti tolong kamu. Tuhan Yesus pasti tolong kamu. Tuhan Yesus pasti tolong kamu. Sekarang tugasmu adalah belajar sebisamu.” Pada pagi harinya saat saya antar ke sekolah dia meminta saya menumpangkan tangan, berdoa baginya dan saya juga meminta dia untuk berdoa dahulu sebelum mengerjakan soal-soal.

Pada saat dia menghadapi ulangan umum, saya berpuasa untuknya. Ketika pulang sekolah dia menceritakan bahwa sesungguhnya dia tidak mampu mengerjakan soal-soal ulangan, tetapi malaikat Tuhan menolong dia. Tangannya terus menulis jawaban dan dia tidak bisa menghentikannya. Dia rasakan bahwa Tuhan telah menjamah tangannya. Ternyata benar apa yang dia katakan. Dia mendapatkan ranking 2 di kelasnya. Sontak sekolahnya sempat gempar. Bahkan Kepala Sekolah mencurigai bahwa Wali Kelasnya menjual jawaban soal kepada anak saya, karena mereka semua tahu bahwa anak saya tidak cerdas.

Karena kuasa Tuhanlah, anak saya dari yang tidak mampu dijadikannya menjadi mampu. Anak saya semakin tumbuh dalam hal rohani karena dia juga melihat mukjizat demi mukjizat terjadi dalam hidupnya. Bahkan Tuhan angkat dia masuk ke Universitas melalui jalur prestasi dan mendapatkan beasiswa. Pada suatu hari setelah dia menyelesaikan ujian SMA-nya, isteri saya yang menjemput dia pulang sekolah. Dalam perjalanan, dia berkata, ”I love you, mom!” Saya mengasihi mama dan saya sangat mencintai mama.

Sesampai di rumah dia merapikan dirinya, kemudian makan dan sempat bergurau dengan mamanya. Sekitar jam 13.30 dia pamit untuk tidur. Dan pada jam 14.00 siang itu anak saya dipanggil Tuhan pulang ke rumah Bapa di Sorga. Hal itu baru diketahui isteri saya sekitar jam 16.30 sore. Isteri saya menemukan Nathan sudah meninggal ketika dia bermaksud membangunkannya. Dia meninggal dengan keadaan yang sangat tenang. Dapat dilihat dari tempat tidur yang masih tertata sangat rapi.

Aku sangat terguncang, bahkan tidak tahu kemana harus kubawa hidupku ini. Isteriku dan anakku yang bungsu histeris. Mereka membentur-benturkan kepala mereka ke tembok, sehingga kurangkul paksa mereka supaya mereka tenang dan kami mulai berdoa. Aku berkata, "Tuhan Yesus, Engkau sungguh baik, karena di saat badai seperti ini Engkau memiliki maksud dan rencana yang indah bagi kami dan kami percaya Engkau tidak akan meninggalkan anak-anak-Mu pada waktu menderita."

Saat itu aku merasa ada yang aneh. Secara jujur aku tidak kuat menghadapi semua itu, tetapi di hatiku tidak ada sedikitpun perasaan yang menyalahkan Tuhan. Yang ada hanya rasa syukur. Kami bersyukur karena kasih Tuhan yang luar biasa itu melingkupi kami. Saat Nathan dimasukkan ke dalam es untuk diawetkan, pada pagi hari jam 8 ada SMS masuk dari Amerika yang menyampaikan bahwa, "AKU sangat mengasihi anakmu." Bukan itu saja, Dia kirimkan dua orang hamba Tuhan yang tidak kukenal dan juga mereka menyampaikan pesan yang sama, "Aku telah mengirimkan para malaikat-Ku untuk menjemput anakmu. Sekarang anakmu menjadi bagian dari para penyembah-Ku dan bersukacita bersama-Ku."

Aku pegang semua itu, meskipun aku tidak tahu apa maksudnya. Aku mulai berpuasa selama 40 hari dan Tuhan menjawab melalui firman-Nya yang terdapat di dalam Wahyu 14:2-5 yang berbunyi: 'Dan aku mendengar suatu suara dari langit bagaikan desau air bah dan bagaikan deru guruh yang dahsyat. Dan suara yang kudengar itu seperti bunyi pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya. Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain dari pada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu. Mereka adalah orang-orang yang tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan, karena mereka murni sama seperti perawan. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi. Mereka ditebus dari antara manusia sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu. Dan di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta; mereka tidak bercela.' Ayat-ayat itu membuatku menangis pada malam itu. Dan ayat-ayat itu terus terngiang-ngiang di dalam pikiranku selama seminggu.
Lalu pada tanggal 21 Juni 2006 pukul 4 pagi ada dorongan roh yang kuat agar aku berdoa. Dan aku taat. Dalam keadaan sadar 100% kurasakan rohku keluar dari tubuhku dan Tuhan menaruh aku di suatu tempat dimana kulihat Tuhan Yesus duduk memangku seseorang dalam kemuliaan-Nya.

Meskipun aku tidak dapat melihat dengan jelas, tetapi kurasakan damai sejahtera dan sukacita yang luar biasa. Dan sinar kemuliaan Tuhan yang putih bening seperti kristal itu memancar penuh kemilau. Oh, betapa indahnya dan tak dapat kugambarkan dengan kata-kata! Dalam sinar kemuliaan itu Dia berkata, 'Waktu-Ku tidak lama.' Setelah itu kulihat Nathan turun dari pangkuan-Nya dan berjalan tiga langkah ke arahku. Nathan memelukku dan aku memeluknya dengan erat dan menciuminya.

Aku mengajukan tiga pertanyaan kepadanya. Pertama, apakah kamu mau hidup lagi di dunia, Nathan? Ia menggelengkan kepalanya. Kedua, apakah kamu sudah menjadi bagian dari tim pujian dan penyembahannya Tuhan seperti tertulis dalam Wahyu 14:2-5? Dia menganggukkan kepalanya. Ketiga, apakah kamu sudah bersukacita di sini? Dia kembali menganggukkan kepalanya. Setelah itu aku berkata, 'Selamat jalan, Nathan! Kita akan bertemu lagi kelak!' Kulihat Nathan berjalan mundur dengan melambaikan tangannya kepadaku dan menghilang. Ketika rohku kembali, tubuhku terasa bergoncang. Bahkan sempat aku serasa mau rebah. Dunia ini sangat mengerikan. Bumi gelap gulita, bahkan untuk melihat tanganku pun tidak bisa.

Setelah itu aku baru bisa menangis. Padahal waktu bertemu dengan anakku, tidak ada rasa haru, tidak ada dukacita, tetapi yang ada hanyalah damai sejahtera dan sukacita yang luar biasa. Dan jika waktu itu Tuhan menawariku untuk tinggal dan tidak kembali lagi ke dunia, aku pasti mau, karena bersama dengan Tuhan itu jauh lebih enak. Setelah kejadian demi kejadian kualami, sekarang hubunganku dengan Tuhan bertambah intim dan mesra. Suatu hubungan yang tak dapat diutarakan dengan kata-kata.

Sumber kesaksian: Handoko W & Christiani Hartono SH seperti yang dimuat dalam Tabloid Keluarga Edisi 20
READ MORE - Bersama Tuhan Lebih Enak


Kekasih TUHAN !!!
Jadilah Berkat, Dengan Membagikan Semua Artikel Ini
Kepada Teman-Teman Anda.
TUHAN YESUS Memberkati Kita Semua,
AMIN

Kisah Seorang Pendeta Di India



Ada seorang pendeta yang bernama Paul. Ia bertempat tinggal di sebuah kota besar di India. Ia seorang Baptis yang ditugaskan untuk memimpin sebuah jemaat di kota itu. Ia sering mengunjungi desa-desa di sekitar kota itu untuk mengabarkan Injil sehingga banyak jiwa percaya kepada Yesus dan diselamatkan. Orang-orang Hindhu yang fanatik tidak suka bahwa banyak orang India menjadi orang Kristen. Pada suatu hari, beberapa orang Hindhu yang fanatik menyerbu masuk gereja dimana sedang diadakan kebaktian. Mereka menyeret pendeta Paul keluar gereja dan memukulinya secara bertubi-tubi. Mereka mengatakan, agar ia tidak mengabarkan Injil lagi. Jemaatnya membawanya ke rumah sakit dan ketika ia boleh pulang dari rumah sakit itu, ia kembali ke gerejanya untuk berkhotbah lagi di depan jemaatnya.

Sekali lagi orang-orang Hindhu yang fanatik itu mengancam agar ia berhenti mengabarkan Injil, namun pendeta itu tetap mengabarkan Kabar Kesukaan. Akibatnya adalah bahwa mereka menghajarnya kembali sehingga seorang dari jemaatnya membewanya ke rumah sakit. Setelah sembuh dari luka-lukanya, ia kembali memimpin jemaatnya dan meneruskan pekerjaannya sebagai hamba Tuhan yang setia.

Karena ia tetap tidak mau menurut, maka kali ini mereka membawa puteri sang pendeta dihadapannya dan mengatakan akan membakar puterinya jika ia tetap tidak berhenti berkotbah. Ketika pendeta itu tetap tidak mau berhenti mengabarkan Injil, mereka mengguyur puterinya dengan bensin dan membakar tubuh anak perempuan itu. Ketika api sedang membakar tubuhnya, puterinya berseru, “Pap, janganlah berhenti mengabarkan Injil. Kabarkanlah, kabarkanlah Injil!!” Kemudian ia meninggal di depan ayahnya.

Lagi pendeta Paul mengabarkan Injil. Kali ini, orang-orang India yang fanatik itu manghajar hamba Tuhan yang setia secara habis-habisan. Mereka mengambil batu yang besar dan dengan batu itu mereka menghantam perut pendeta Paul dengan sekuat tenaga. Akibatnya, dubur pendeta itu hancur dan ususnya keluar melalui dinding perutnya yang jebol. Para anggota jemaatnya membawanya ke rumah sakit dan mereka mengira ia tidak ada harapan untuk hidup. Namun, ia tidak mati. Hanya sekarang ia harus mengenakan sebuah colostomy di perutnya karena duburnya yang hancur.

Sampai saat ini, pendeta Paul masih tetap mengabarkan Injil walaupun harus membawa colostomynya kemana dia pergi. Kesaksian ini dikisahkan oleh bruder Andy Leper yang bertemu dan berbicara dengan pendeta Paul bulan lalu. Untuk informasi lebih lanjut, anda dapat menghubungi melalui email addressnya: peacefreek@aol.com

Sumber: rumah renungan blogspot.com
READ MORE - Kisah Seorang Pendeta Di India


Kekasih TUHAN !!!
Jadilah Berkat, Dengan Membagikan Semua Artikel Ini
Kepada Teman-Teman Anda.
TUHAN YESUS Memberkati Kita Semua,
AMIN

Apa yang tidak kamu pikirkan, itulah yang Tuhan berikan



Menjadi guru bukanlah cita-cita saya sejak kecil. Tidak! Bahkan saya tidak punya cita-cita apapun. Hanya ibulah yang mendorong kami anak-anaknya yang berjumlah 6 orang kelak harus dapat bekerja mencari nafkah sendiri, tidak bergantung pada suami. Ibuku seorang janda yang tidak mempunyai keahlian apapun, bahkan bekerja di sawah peninggalan ayah.

Kami hidup bergantung pada pensiun ayah yang kecil dan hasil sawah serta pekarangan. Itulah sebabnya Ibu menyuruh saya melanjutkan sekolah di SGA setelah saya selesai SMP karena biayanya lebih murah dari pada sekolah SAA dimana kakak saya bersekolah dan saya juga sudah diterima di sana.

Belajar 3 tahun di SGA saya jalani dengan hati yang senang dan nilai-nilai saya juga baik, tetapi saya tidak membayangkan akan menjadi guru. Pokoknya saya hanya senang bersekolah. sampai akhirnya saya lulus dan mendaftarkan ke perguruan tinggi di IKIP dan mengambil jurusan sejarah antropologi (SA) karena saya senang pelajaran sejarah. Masih teringat saat mendaftaran, ada mahasiswa petugas pendaftaran bertanya-tanya, ”Mbak, kok tidak masuk jurusan bahasa Inggris?”. Saya jawab, ”Tidak, saya tidak senang”. Padahal nilai bahasa Inggris saya 8, sedangkan nilai sejarah hanya 7.

Sampai akhirnya saya lulus tes dan diterima. Lalu masalahnya timbul, yaitu untuk bisa masuk harus membayar saat itu (tahun 1964) Rp 15.000,00. Itu jumlah yang banyak. Untuk biaya sekolah kakak, kami sudah menjual rumah, untuk biaya sekolah adik kami sudah menjual sebidang sawah dan untuk membelikan tanah yang ditempati kakak satunya lagi ayah sudah menjual sebidang sawah juga. Saya tidak tega bila keluarga mau menjual sawah lagi, di tambah dengan ingatan biaya hidup dan kuliah di kota, akhirnya saya memutuskan tidak melanjutkan studi di IKIP sejarah tersebut. Sungguh itu berat sekali rasanya. bertahun –tahun saya merasa sedih akan hal itu.lalu saya mendapat alternatif untuk melanjutkan sekolah di PGSLP dan mendapat ikatan dinas. Jadi biayanya ringan, bahkan saya dapat membantu meringankan beban ibu yang masih harus menghidupi 4 orang adik-adik saya.

Pertama-tama saya memilih jurusan bahasa Indonesia, karena saya suka sekali membaca buku-buku sastra. Waktu masih di SD dan SMP, waktu libur saya habiskan untuk mencari pinjaman buku-buku bacaan. Setelah 1 minggu di jurusan B Indonesia, saya merasa tidak betah suasananya. Kebetulan ada mahasiswa jurusan B Inggris yang juga tidak cocok di sana, jadilah kami bertukar jurusan. Walhasil, saya masuk jurusan B. Inggris dan belajar selama 2 tahun. Padahal dulu saya tidak mau masuk jurusan B. Inggris karena tidak senang. Tahun 1966 saya lulus dengan nilai yang baik dan kemudian diterima mengajar di sebuah SLTP negeri sebagai tenaga honorer. Saat itu transportasi belum semudah sekarang, saya harus naik kereta api atau bersepeda sejauh kurang lebih 20 km, lalu saya merasa capek dan kebetulan ada teman yang mengajar di sebuah SLTP Yayasan Kristen yang membutuhkan guru B. Inggris. Jadilah saya tinggalkan SLTP Negeri tadi yang sudah menyuruh saya mengumpulkan berkas – berkas pengangkatan pegawai negeri itu dan memulai mengajar di SLTP Yayasan Kristen di sebuah kota kecamatan sebagai guru tetap yayasan.

Bulan-bulan pertama mengajar, saya merasa sulit menyesuaikan diri dan keadaan keluarga kami yang tidak harmonis serta beban ekonomi yang berat membuat saya mengalami depresi dan tidak mempunyai keinginan apapun. Saya bahkan tidak masuk mengajar selama 3 bulan. Tetapi herannya, pimpinan sekolah dan pengurus yayasan tidak mengeluarkan saya, bahkan waktu saya masuk kembali gaji saya masih tetap diberikan. Saya berterima kasih sekali akan hal itu. Tetapi lagi-lagi saya mengalami depresi di tahun berikutnya. Kemudian setelah sembuh saya mengikuti katekisasi dan dibaptis pada 24 Desember 1968; itu terjadi 40 tahun yang lalu.

Kemudian kehidupan menjadi menyenangkan dan saya mengalami hari-hari mengajar di SLTP Kristen dengan penuh semangat. Sekolah mengalami kemajuan pesat dan menjadi sekolah favorit di kota kecamatan tersebut. Seiring dengan berjalannya waktu, pemerintah mendirikan sekolah-sekolah negeri sehingga sekolah-sekolah swasta mengalami kemunduran. Disamping itu di dalam intern sekolah sendiri banyak terjadi intrik-intrik sehingga suasana belajar mengajar menjadi tidak menyenangkan. Suasana kekristenan tidak dapat dirasakan di sekolah. Dan saya berusaha mencari tempat bekerja yang lain. Tetapi semuanya sia-sia saja.

Saya sudah putus asa dan tidak mempunyai bayangan pindah kemana bila sekolah tutup. Tetapi lagi-lagi saya merasakan Tuhan bekerja untuk saya. SLTP Negeri di dekat meminta saya mengajar di sana dan itu adalah hal yang tidak menjadi aangan-angan saya karena SLTP tersebut menjadi saingan SLTP Kristen tempat saya mengajar. Jadilah saya pindah ke SLTP Negeri itu karena SLPT Kristen sudah tidak dapat dipertahankan lagi. “Apa yang tidak terpikirkan oleh saya, itulah yang Tuhan berikan”. Bertahun-tahun saya mencari tempat pindah mengajar tidak berhasil, tetapi Tuhan menyediakannya buat saya. Dan demikianlah saya menghabiskan hari-hari mengajar saya di SLTP Negeri tersebut dengan senang dan saya satu-satunya pengajar yang beragama Kristen di sekolah tersebut sehingga saya berpikir memang Tuhan menempatkan saya di sekolah tersebut dengan tujuan tertentu.

Kini saya sudah pensiun tetapi saya boleh merasa bersyukur karena banyak anak-anak SMP maupun SMA yang datang untuk les B. Inggris di rumah. Tuhan sendiri yang memilihkan apa yang harus saya pelajari sehingga semuanya itu berguna bagi kehidupan saya. Saya tidak perlu khawatir akan kehidupan saya, karena saya tahu Tuhan merencanakan yang terbaik untuk hidup saya.

Sukartinah Joko Susmono Hadi
GKJ Palihan
Kragon II, Palihan, Temon, Kulon Progo, Yogyakarta, 55654
READ MORE - Apa yang tidak kamu pikirkan, itulah yang Tuhan berikan


Kekasih TUHAN !!!
Jadilah Berkat, Dengan Membagikan Semua Artikel Ini
Kepada Teman-Teman Anda.
TUHAN YESUS Memberkati Kita Semua,
AMIN

Kesaksian Intan



Saya terlahir dari keluarga non-kristen fanatik. Dari kecil pun terdidik dengan ajarannya. Saat usia saya 12 tahun, nenek saya yang biasa menjadi tulang punggung keluarga meninggal dunia. Kemudian saya ikut keluarga yang beragama Kristiani. Saya yang masih lugu, belum tahu mana yang terbaik dalam hidup saya kemudian menerima Yesus karena permintaan keluarga.

Setelah saya menerima Yesus, saya bertumbuh di dalam Dia, sampai akhirnya saya masuk pelayanan dan benar-benar mengerti arti kehadiran Yesus dalam hidup saya. Saya sungguh-sungguh mencintai Yesus.

Di perjalanan pelayanan saya dalam Tuhan, saya dihadapkan pada sebuah kenyataan, bahwa saya merindukan Ayah kandung saya, yang sejak kecil tidak pernah saya ketahui rupanya. Reatret Juli 1995, di tengah malam saya berdoa, saya sebaris kata: "Tuhan, saya kangen Papa." Kata-kata yang telah saya simpan dalam dendam menahun. Saya benci pada Papa, tapi saya juga merindukannya. Perubahaan yang sangat drastis dalam kehidupan saya.

Tiga bulan kemudian keajaiban terjadi dalam hidup saya. Saya bertemu papa kandung saya yang selama 16 tahun telah meninggalkan saya dan mama saya. Sungguh hal yang tidak masuk di akal. Karena saya bertemu dia langsung dan segera mengetahui bahwa dia adalah papa saya.

Kehidupan saya pun berubah. Papa menarik kami kembali ke non-kristen. Saya tidak bisa berbuat apa-apa. Di tengah-tengah pelayanan saya dengan Tuhan saya diberikan pilihan yang sulit. Saya ingin tetap bersama Yesus, tapi saya tidak mau kehilangan keluarga yang baru saya temukan. Saya meninggalkan Tuhan.

Setahun kemudian, Papa meninggalkan kami lagi. Ia menikah lagi. Rasa sakit itu teramat sangat. Tahun-tahun berjalan dengan kehampaan, itu yang saya lalui. Berulangkali saya ingin ke gereja, tapi mama selalu menahan saya. Saya tidak tega melihat kesetiaan mama pada papa, akhirnya saya mengalah.

Lima tahun hidup dalam kehampaan, hingga suatu hari saya sadar saya harus membenahi diri saya. Yang saya perlukan bukan hanya Bapa duniawi tapi juga Bapa surgawi. Akhir tahun 2000, saya pergi ke gereja, berdoa,"Saya ingin pulang, Tuhan." Saya tahu yang saya butuh kan adalah Tuhan Yesus, Dia lebih segalanya buat saya. Saya bisa hidup tanpa Papa, tapi tidak tanpa Tuhan.

Namun, hati saya kembali diuji oleh Tuhan. Ketika saya memilih kembali kepada Tuhan, mama tidak setuju, dengan alasan yang sangat menyakitkan, "Nanti kalau mami mati ngga ada yang doa'in." Sungguh kata-kata itu mengiris hati saya berkeping-keping. Saya seperti di persimpangan jalan. Di hadapkan pada pilihan berat. Saya tidak mau kehilangan Tuhan, tidak juga ingin kehilangan mama saya. Karena hanya dia yang saya miliki, karena saya anak tunggal. Saya down dengan dilema ini. Saya harus menyembunyikan identitas saya sebagai kristiani dari orang-orang di sekeliling saya. Saya juga harus bertengkar setiap kali dengan mama saya bila saya ke gereja atau melihat saya membaca alkitab.

Namun kali ini saya benar-benar kuat. Hari itu saya curhat dengan manager di salah satu divisi di perusahaan saya. Saya sharing setiap hari. Dia yang membantu yang bangkit dan terus berjalan bersama Yesus. Sejak hari itu, saya mantap dengan kekristenan saya. Saya yakin Tuhan yang telah memilih saya. Hingga saat ini saya bisa di sini menceritakan semua kisah saya ini. Saya benar-benar merasakan tangan Tuhan bekerja dalam hidup saya.

Usia saya 22 tahun. Sekarang saya bekerja sebagai sekretaris direktur di sebuah perusahaan swasta di Jakarta. Kehidupan saya mapan di dalam Tuhan, dan terlebih penting, mama saya sudah tidak pernah memarahi saya bila saya ke gereja. Jalan saya semakin mudah, saya yakin, suatu hari mama saya akan kembali kepada Yesus, semua ini dibantu juga dengan doa teman-teman yang membaca kesaksian ini.

Seperti yang tertulis "Biarlah terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu dan memuliakan Bapamu yang di surga"

Saya mengucap syukur untuk kasih dan penyertaan Tuhan kepada saya. Lewat kesaksian ini saya ingin menyampaikan kepada teman-teman yang serupa kisahnya dengan saya, untuk tetap berjalan di dalam Tuhan, karena pencobaan-pencobaan yang kamu alami adalah pencobaan biasa. Karena Tuhan mengatakan bahwa Ia tidak akan memberikan coba'an yang melebihi kekuatan kita. Kita hanya diuji, seberapa besar, kasih kita kepada Tuhan, dan memberi pengertian kepada kita, betapa besar kasih Tuhan dalam hidup kita. Itu tidak berkesudahan.

Oleh: Intan (Jakarta) - 15 September 2001
Diterjemahkan oleh: Hilmy
READ MORE - Kesaksian Intan


Kekasih TUHAN !!!
Jadilah Berkat, Dengan Membagikan Semua Artikel Ini
Kepada Teman-Teman Anda.
TUHAN YESUS Memberkati Kita Semua,
AMIN

Saya Sembuh



Segala pujian, hormat dan syukur saya naikkan kepada Bapa di sorga di dalam Tuhan Yesus Kristus atas kesembuhan yang diberikan-Nya kepada saya lewat minyak urapan. Setahun yang lalu saya menderita penyakit gatal-gatal. Gatal-gatal yang bermula dari jari-jari tangan lalu kemudian menyebar ke bagian tubuh yang lain dengan rasa gatal yang tidak tertahankan. Penyakit gatal-gatal ini sudah saya periksakan ke beberapa dokter, tapi semuanya tidak menghasilkan kesembuhan. Saya sudah memeriksakan diri , dari dokter umum sampai ke dokter spesialis kulit, juga segala pantangan yang dianjurkan dokter saya lakukan dengan baik, tetapi usaha-usaha tersebut tidak memberikan kesembuhan bagi penyakit saya. Akhirnya saya pasrah dan tidak mau berobat lagi, sedangkan penyakit gatal-gatal pada kulit saya semakin menyebar dan menjadi-jadi.

Setelah beberapa waktu lewat, saya bertemu lagi dengan teman seorang pengerja di Gereja Rumah Doa Segala Bangsa-Bali. Saya ceritakan tentang penyakit saya yang saya derita sudah satu tahun lamanya. Mendengar itu, serta merta teman saya memberi saya satu botol minyak urapan untuk dioleskan pada bagian tubuh yang sakit.

Minyak urapan tersebut saya pakai, didahului dengan doa. Rasa gatal dari penyakit saya semakin berkurang bahkan setiap saya usap dengan minyak urapan, seperti ada sesuatu yang keluar yang menyerupai pasir yang warnanya ada yang putih dan hitam. Semakin saya usap, semakin banyak yang keluar. Akhirnya saya sembuh! Saya percaya bahwa urapan Allah telah menjamah saya melalui minyak urapan-Nya yang membawa kesembuhan bagi penyakit saya.

Minyak yang diurapi Allah juga bekerja dengan dahsyat dan ajaib bagi seorang ibu yang saya beri minyak urapan. Juga setahun yang lalu saya memberikan minyak urapan kepada seorang ibu. Baru-baru ini suaminya membangun gudang dan ia mempekerjakan saudaranya yang baru datang dari Sumatera untuk menjaga gudang itu. Pada malam hari pegawainya yang tidur di gudang ini melihat sosok-sosok bayangan orang yang hitam dan besar. Ketika tengah tidur dia merasa ditindih dan dicekik orang tersebut, sampai susah bernafas. Pagi harinya saat bangun, ada guratan kuku dipunggungnya berjajar lima kuku dari atas ke bawah.

Ketika ibu ini mengetahui akan hal itu, dia lalu berdoa dan mengolesi dengan minyak urapan yang saya berikan setahun yang lalu pada pegawainya. Dan mujizat terjadi, bekas guratan kuku-kuku tersebut langsung lenyap tanpa bekas. Glory!

Tuhan Yesus tidak pernah berubah dari dulu sekarang dan selama-lamanya. Hal ini saya saksikan, sebagai tanda sukacita dan pujian syukur saya kepada Tuhan Yesus Kristus yang menjadi Tuhan, Penolong, dan Juru Selamat saya sepanjang masa. Biarlah kesaksian ini menjadi berkat bagi banyak orang, bahwa Tuhan Yesus itu luar biasa, oleh bilur-bilur-Nya saya telah sembuh.

Segala pujian dan hormat bagi Bapa di Sorga di dalam Nama Tuhan Yesus Kristus dan Roh Kudus Halleluya..........A M I N.

Oleh : Petra F. Leman
READ MORE - Saya Sembuh


Kekasih TUHAN !!!
Jadilah Berkat, Dengan Membagikan Semua Artikel Ini
Kepada Teman-Teman Anda.
TUHAN YESUS Memberkati Kita Semua,
AMIN

Akiane




AKIANE ANAK PRODIGY BERTEMU TUHAN SEJAK 3 TAHUN & BELAJAR MELUKIS DARI TUHAN

Istilah Anak prodigy memiliki arti, “Anak yang memiliki kemampuan sama dengan orang dewasa yang terlatih pada umur yang masih sangat muda, yaitu di bawah 13 tahun”.

Salah satu anak yang diberkati Tuhan dengan talenta luar biasa dalam seni gambar dan puisi ini salah satunya adalah Akiane Kramarik di mana dia belajar menggambar sendiri pada umur 4 tahun, belajar melukis sendiri pada umur 6 tahun dan telah menghasilkan lukisan dengan kualitas luar biasa pada umur 7 tahun. Dan yang lebih luar biasa, dia mengenal Tuhan Yesus tidak dari siapapun tetapi Tuhan yang menemui dia sejak 3 tahun dan mengajarinya menggambar dan melukis hingga mamanya yang ateis pun percaya pada Tuhan.

Akiane mengakui sebenarnya dia tidak sepenuhnya belajar sendiri tetapi mendapat bantuan dari Tuhan, dia berkata tentang Tuhan, “Seorang pria yang saya tidak pernah tahu sampai saya berumur 4 tahun dan mendapat penglihatan dari Dia saat tidur. Dia menunjukkan semua galaksi yang indah dan tempat-tempat lain. Saya bertanya padaNya siapa Dia dan Dia berkata bahwa saya sudah tahu, tetapi jangan memberitahukan orang lain. Saya tidak memberitahukan siapapun sampai 1 minggu kemudian, tetapi setelah itu saya harus memberitahu mama saya!”.

Dia mengaku bahwa sebenarnya dia sudah bertemu Tuhan sejak 3 tahun tetapi dia belum mengerti sampai umur 4 tahun. Mama Akiane sebenarnya tidak tahu apa yang dikatakan anaknya, tetapi bagaimana Akiane begitu yakin dia sudah bertemu dengan Tuhan, sedangkan dia adalah ateis?

Tetapi Akiane kemudian berkata tentang “sesuatu yang hangat, kekuatan yang indah, keberadaan yang sangat luar biasa” yang telah dia lihat, sehingga mamanya mulai menganggap serius. Akhirnya, setelah beberapa waktu, mamanya menjadi Kristen bersama seluruh keluarganya. Ini merupakan hasil dari kekuatan Akiane dapat gambarkan, melalui karya seni dan puisinya di mana dia dapat memperlihatkan Tuhan melalui gambar-gambarnya dan tulisannya pada tingkat di mana orang akan dapat memulai untuk melihat Tuhan juga di mana dia selalu berdoa pada tiap pagi sebelum memulai melukis dan juga membaca Alkitab tiap hari.

Akiane terus belajar sehingga kemampuan melukisnya meningkat terus dan pada umur 7 dia telah berhasil melukis dengan sempurna dan kemudian Akiane melukis potret wajah Tuhan Yesus pada umur 8 tahun lukisan itu dia sebut “Prince of Peace”

Foto Akiane bersama lukisannya "Prince of Peace"




















Gambar Sketsa karya Akiane pada umur 5 tahun:





















Karya Akiane umur 7 tahun:

















Lukisan Tuhan Yesus dengan judul "Father Forgive Them":












Bersama Oprah:


















Alasan Menggambar Lukisan Potret Yesus pada umur 8 tahun

"Adalah waktu Tuhan, saya sudah mencari model untuk Tuhan Yesus selama 2 tahun dan saya tidak dapat menemukan wajah yang cocok. Hingga satu hari saya meminta keluargaku untuk berdoa dengan saya tiap hari. Kita meminta Tuhan untuk mengirimkan model datang ke depan pintu rumah kami. Hari berikutnya seorang tukang kayu yang bertubuh tinggi datang. Dia sangat rendah hati, dan saya terkejut karena dia setuju menjadi model bagiku. Tetapi seminggu kemudian dia menelpon balik dan berkata bahwa dia tidak layak untuk menjadi wakil dari Tuannya. Kami berdoa lagi dan beberapa hari kemudian dia menelpon balik dan memberitahukan bahwa Tuhan ingin dia untuk melakukan hal itu, tetapi dia harus memotong rambut dan janggutnya dalam tiga hari. Lalu kami mengambil beberapa foto dan saya mempelajari wajahnya untuk waktu yang lama. Setelah berlusin-lusin sketsa, saya memulai melukis. Ini membutuhkan waktu 40 jam untuk menyelesaikan lukisan Yesus - Pangeran Damai, dan saya ingat pada saat itu saya kehilangan 4 gigi saya" (dikutip dari situs web Akiane)

Berikut ini adalah fakta-fakta kehidupan Akiane:

* Akiane dilahirkan di dalam air di rumah pada tanggal 9 Juli 1998, di Mount Morris, Illinois dari ibu rumah tangga keturunan Lithuania dan ayah Amerika.

* Anak ini mengikuti program homeshool saat ini

* Kemampuan menggambar Akiane dimunculkan sejak umur 4, dan umum 6 mulai melukis di mana dia mempelajari kemampuan menggambar dan melukis secara otodidak dan biasanya dengan observasi/pengamata n yang teliti dan belajar, bahkan dia juga menyebutkan bahwa Tuhan lah yang mengajarinya.

* Akiane dapat berbicara dalam 4 bahasa yaitu Lithuania, Rusia, Inggris dan bahasa isyarat.

* Pada umur 4 tahun dia mengalami transformasi spiritual dan membawa keluarganya kepada Tuhan.

* Pada umur 7 tahun dia mulai menulis puisi dan aphorism

* Puisi-puisinya seringkali datang dari hasil angan-angannya

* Inspirasi dari karya seni dan literaturnya datang dari penglihatan (vision), mimpi dan pengamatan kepada manusia, alam dan Tuhan.

* Dia melukis dari imajinasi, materi referensi dan model

* Stylenya: Akianism - gabungan universal dari realism dan imaginism

* Dia ingin orang lain menemukan harapan pada lukisan-lukisannya

* Dia memiliki tujuan yang sama untuk lukisannya: menjadi inspirasi untuk orang lain dan untuk menjadi hadiah untuk Tuhan

* Media favorit: acrylic untuk gambar orang seluruhnya dan cat minyak untuk lukisan potret berukuran besar

* Dia bangun pada pukul 4 pagi 5-6 hari seminggu untuk bersiap melukis di studio dan menulis, bekerja kurang lebih 4-5 jam tiap hari

* Seringkali bekerja lebih dari 100-200 jam pada satu lukisan saja, menghasilkan 8 sampai 20 lukisan setahun

* Biasa melakukan sketsa sebelum melukis

* Bekerja pada satu lukisan saja dalam satu waktu

* Subjek favorit: Manusia dan subjek spiritual

* Aktivitas favorit dan hobi: seni lukis, puisi, piano, membaca dan menolong orang

* Yang disukai dari dirinya: sensitivitas kepada orang lain

* Yang tidak disukai dari dirinya: ketidaksabaran

* Penilaian terhadap karakter diri sendiri: "hati yang berani dan pikiran yang berhati-hati"

* Keinginan terbesar: "semua orang mengasihi Tuhan dan satu sama lain"

* Tujuan hidup: membagikan kasih kepada Tuhan dan pada semua orang di dunia

Dari kisah Akiane, kita bisa belajar bahwa Tuhan ada dekat dengan kita dan Tuhan Yesus telah menyatakan kasih dan kuasaNya atas manusia melalui diri seorang anak luar biasa ini yang sangat mengasihi Tuhannya. Tuhan itu nyata!

Tuhan telah menciptakan galaksi, bumi, manusia dan surga yang begitu luar biasa di mana Dia ingin kita hidup dalam kasihNya dan bertemu denganNya di surga. Tuhan itu nyata dan Tuhan Yesus bukanlah manusia biasa, dia adalah Tuhan bagi Akiane dan Tuhan bagi setiap manusia.Tuhan Yesus adalah wujud Allah yang mengasihi kita, apabila Anda belum mengenal Tuhan Yesus dan belum menerimaNya sebagai Tuhan dan Juruselamat Anda…

Sumber: Rumah renungan


READ MORE - Akiane


Kekasih TUHAN !!!
Jadilah Berkat, Dengan Membagikan Semua Artikel Ini
Kepada Teman-Teman Anda.
TUHAN YESUS Memberkati Kita Semua,
AMIN

wibiya widget

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

ShareThis